Apero Fublic (AF)

Apero Fublic nama usaha PT. Media Apero Fublic bidang Jurnalistik.

PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic adalah perusahaan swasta yang bergerak pada bidang Publikasi dan Informasi.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang humaniora.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas meneruskan tradisi tulis asli Sumatera Selatan.

Apero Popularity

Apero Popularity adalah produk layanan jasa pembuatan iklan dalam berbagai dimensi.

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin af

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru asli dari penulis.

Senin, 13 Desember 2021

Apa Guna Pendidikan: Sekolah dan Perguruan Tinggi ???

BULETIN APERO FUBLIC.- Masyarakat kita selalu menilai ukuran hasil Dunia Pendidikan dengan; bekerja dikantor, menjadi PNS dan menjadi orang kaya. Pendidikan dianggap untuk mengkayakan orang dengan kerja mudah lagi bersih. Apabila hal demikian terpenuhi maka bergunalah pendidikannya ???.

Dalam pemikiran masyarakat kita, apabila semakin tinggi pendidikannya maka semakin hebatlah orang tersebut dalam mencari pekerjaan. Sehingga dalam pendidikan tidak banyak yang serius. Pelajaran hanya sarana mencari nilai, bukan untuk memahami apa yang dipelajari (Akademisi). Apalagi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dipelajari. Tujuan akhir dari belajar mereka adalah ijazah. Ijazah nantinya untuk digunakan mencari kerja.

Bahkan banyak juga masyarakat kita mengikuti Pendidikan Tinggi hanya untuk karir pendidikan. Karena ekonomi sudah mencukupi, maka masuklah dia ke Perguruan Tinggi. Mereka membanggakan gelar dan merasa sudah hebat saat mendapatkan gelar tersebut. Timbul kesombongan dan merasa dirinya lebih dari orang-orang, meremehkan. Bicara besar dan keras tapi kosong ilmu pengetahuan. Kadang ada yang ingin menjadi pemimpin, yang nantinya berkorupsi.

Kemudian ada juga kelompok yang menjadikan pendidikan untuk sarana naik golongan PNS atau untuk menjadi PNS karena sudah lama honorer. Begitu juga ada yang sudah bekerja disuatu perusahaan kembali masuk Perguruan Tinggi agar dia bisa naik pangkat. Atau dipilih orang menjadi pengganti atau penerus pada suatu jabatan sebab dirinya sudah Strata 2 (S2). Kalau di Kampus dia bisa menjadi dekan setidaknya, dengan masuk strata tiga.

Begitulah sedikit gambaran dunia kalangan Akademisi kita. Tidak banyak bahkan mungkin tidak ada yang benar-benar belajar. Apalagi untuk mengembangkan suatu bidang disiplin ilmu. Atau sekurang-kurangnya mengembangkan suatu penelitian dari hasil pemikirannya. Contoh, seandainya skripsi strata satunya tentang suatu Arkeologi Daerahnya lalu dia masuk Strata Dua untuk meneruskan penelitian skripsinya tersebut lebih mendalam dengan tesisnya.Tidak banyak yang demikian, hampir semua  untuk tujuan-tujuan materi dan gaya.

Kebalikan dari hal tersebut, misalnya seorang sarjanah pulang ke desa dan bertani atau beternak. Maka buruklah dalam pandangan masyarakat kita. Karena menganggap pekerjaan adalah pekerjaan rendahan dan kotor. Lalu mereka berkata, untuk apa kuliah atau sekolah kalau masih bertani. Karena masyarakat kita berpikir bertani dan beternak tidak perlu pendidikan dan bisa dikerjakan oleh orang bodoh yang buta hurup.

Kalau kita bandingkan pertanian orang tidak berpendidikan. Lihat saja mereka bertanam hanya sekedar hidup apa yang ditanam. Kalau berternak sapi pastilah sapinya berkeliaran dijalanan (melanggar hukum). Hasil pertanian-peternakan yang sedikit dan dibeli oleh tengkulak lalu harganya dimainkan mafia pertanian. Sehingga petani kita yang bodoh selalu menjadi miskin.

Mereka tidak pandai berorganisasi, pemikirannya pendek, mudah ditipu, dan memakai cara-cara tradisional. Selain itu, orang kurang pendidikan bersifat kolot, susah diatur tidak disiplin. Sehingga inisiatif usaha yang lebih baik tidak ada. Kemudian adanya program pemerintah selalu gagal. Lihat saja masyarakat kita lebih dalam, tidak ada perkembangan dunia pertanian kita. Demikianlah hasil pemikiran masyarakat kita kalau petani tidak perlu pendidikan.

Pola pikir masyarakat kita masih sangat rendah sekali. Bukan hanya masyarakat pedesaan, termasuk kalangan orang yang masuk Perguruan Tinggi dan perkotaan. Pandangan hidup masyarakat kita dibutakan oleh gaji perbulan dari perusaan atau negara. Lalu dibalut gaya baju kemeja disertai dasi. Kalau sudah ada gaji (honor) dan berbaju kemeja disertai dasi demikian, maka sukseslah dan terhormat orang itu. Bergunalah juga sekolah atau pendidikan orang tersebut.

Apabila honor mereka dibandingkan dengan pedagang gorengan di pinggir jalan, kalah jauh. Namun pedagang gorengan dianggap rendah hanya karena berkeringat dan bekerja tidak di dalam gedung. Ada juga masyarakat berkata, kalah tempat dan kalah gaya. Namun pendapatan sama atau lebih banyak. Apabila dia seorang sarjanah maka dia akan dicemooh kalau menjadi penjual gorengan.

Pertanyaan sekarang, dimana letak pentingnya pendidikan untuk manusia. Bagaimana kita menilai hasil pendidikan pada seseorang dan pada masyarakat secara umum. Kita mulai dari Sekolah Dasar.

Anda yang dulu tidak mengerti berhitung dan membaca. Setelah selesai sekolah dasar anda dapat membaca dan menulis. Anda dapat menghitung uang kembalian setelah belanja dan orang tidak dapat menipu Anda. Begitu juga saat di jalan anda tidak tahu arah. Kemudian ada petunjuk arah dengan tulisan arah kemana jalan menuju, sehingga tidak tersesat. Dua contoh tersebut salah satu hasil dari pendidikan.

Pendidikan SD baru pendidikan dasar dimana digunakan untuk keseharian kita dalam masyarakat. Anda bayangkan bagaimana kalau tidak dapat menghitung, membaca dan menulis. Untuk perkembangan daya pikir yang lebih baik maka dilanjutkan dengan pendidikan SMP dan SMA.

Pendidikan SD sampai SMA  belum menyentuh daya pikir luas. hanya sebatas pendidikan yang mempelajari dengan cara dituntun. Sehingga dalam sosial-masyarakat lulusan  80% sebatas pekerja yang diinstruksikan (disuruh-suruh). Jarang sekali ada yang mandiri dalam daya pikir.

Hasil Pendidikan Secara Individu

1.Tidak Dibohongi Orang.

Hasil dari pendidikan pertama adalah orang tersebut tidak bodoh, minimal dia tidak dibohongi orang dengan mudah. Mengerti hal-hal yang bersifat adu-domba dan hal-hal bodoh. Dalam ekonomi dapat mengatur keuangan rumah tangga. Walaupun tidak begitu sempurnah karena sebab tergantung pada pola pemahaman dan tingkat kecerdasan individu tersebut.

2.Tidak Bersifat Anjing Gonggong.

Sifat anjing gonggong adalah istilah yang berasal dari masyarakat Melayu Sekayu. Sebagaimana kita tahu kalau kita melewati sebuah halam rumah orang yang memelihara anjing biasanya si anjing menggongong atau menyalak orang yang lewat atau apa saja yang melintas. Namun aslinya anjing tersebut bukan anjing yang pemberani. Dia tampak berani karena di dekat rumah majikannya dan banyak juga temannya.

Di tahun 1990-an sifat anjing gonggong masih sangat marak di Indonesia. Dimana sering sekali terjadi perkelahian kelompok anak-anak, atau sekelompok orang. Perkelahian masal atau individu dipicu karena merasa jagoan di daerahnya, dikampungnya atau di gangnya. Kelompok ini sering mencari gara-gara untuk berkelahi. Contoh, kalau ada orang yang baru tiba ke daerahnya. Orang tersebut di ganggu dan memicu keributan.

Sekarang sejak berkembangnya dunia pendidikan dimana pola-pikir yang terbuka dan dapat menilai nilai-nilai perilaku cukup baik. Sifat anjing gonggong beransur-ansur menghilang dan sudah jarang kita temui sekarang. Sifat tersebut diidap kelompok-kelompok pemuda atau kaum laki-laki karena mereka bodoh dan tidak terdidik. Berkurangnya sifat anjing gonggong membuat kehidupan masyarakat cukup tenang.

Selain itu, sifat demikian juga berciri membenci orang diluar kelompok mereka, suka kekerasan, bangga kejahatan, dan mudah diolok-olok. Hasil pendidikan telah merubah polah pikir tersebut yang membentuk tatanan masyarakat yang luas.

3.Mudah Memahami

Apa yang dimaksud dengan mudah memahami?. Yaitu, apabila orang yang sudah bersekolah  mudah memahami maksud-maksud dari bermasyarakat melalui interaksi sosial. Misalnya dia pergi ke rumah sakit, dia tidak bingung dan tahu alur penjelasan petugas kesehatan di rumah sakit. Dan disemua tempat, misalnya di terminal, di perbangkan, di pasar, atau ditempat-tempat formal lainnya. Untuk yang hanya selesai sekolah SD dan SMP saja kadang masih kesulitan dalam bersosialisasi secara administrasi.

4.Tidak Bersifat Inverioritas

Inverioritas adalah paham pemikiran bahwa dirinya tidak ada apa-apanya. Selalu merasa lemah dan tidak mampu dalam segala bidang. Punya pemikiran tapi tidak mampu menjelaskan karena merasa tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Orang yang tidak berpendidikan dan yang memiliki pendidikan rendah akan mengidap penyakit inverioritas seperti ini.

Hasil pendidikan Dalam Sosial Masyarakat

Pendidikan memiliki peran dalam sosial masyarakat. Karena pendidikan ditujukan bukan hanya sebatas pengembangan SDM individu. Tapi sekaligus untuk pengembangan kehidupan sosial masyarakat secara menyeluruh. Karena kehidupan sebuah komunitas masyarakat dibutuhkan kemampuan SDM yang memadai. Pemikiran orang yang sudah mendapat pendidikan akan berubah menjadi lebih baik dan lebih panjang.

1.Tercipta Masyarakat Maju.

Masyarakat yang maju dimana dapat beradaptasi dengan perkembangan dunia, baik dalam bidang hubungan sosial manusia dan perkembangan teknologi. Masyarakat yang terdidik dapat dengan muda beradaptasi. Misalnya dalam penggunaan teknologi keuangan, teknologi komunikasi, dan transportasi. Mengapa disebut demikian, karena satu orang (individu) adalah bagian dari masyarakat yang bersatu dengan individu lainnya maka jadilah masyarakat.

2.Pemikiran Yang Terbuka.

Seorang individu yang sudah menempuh Pendidikan Tinggi memiliki pemikiran terbuka, lentur dan tidak kaku. Berbeda dengan yang masih pendidikan dari SD sampai SMA. Tidak meributkan hal-hal yang tidak perlu. Apabila orang tersebut sudah menempuh Pendidikan Tinggi masih dengan pola-pikir SMA kebawa. Maka pendidikan Tingginya gagal atau tidak berhasil.

3. Dapat Berpikir Logis

Untuk dapat berpikir logis memang sulit, bahkan di negara kita yang sudah menyelesaikan pendidikan sampai Strata Dua belum tentu dapat berpikir logis. Sebab, orang yang dapat berpikir logis adalah orang-orang yang memiliki banyak pengetahuan. Dari orang-orang berpikir logis ini dapat menuntun orang-orang yang belum dapat berpikir logis. Kelompok terbanyak yang belum mampu berpikir logis pendidikannya dari yang tidak sekolah sampai ke SMA-Sederajad. Contoh berpikir logis adalah orang yang tidak percaya tahayul dan mengerti apa itu tahayul.

4.Menyiapkan Generasi Lebih Baik

Dalam dunia pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah atau Swasta dan Masyarakat. Untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik. Baik dalam segi moral, pola-pikir, persiapan generasi pemimpin, regenerasi bidang tenaga kerja dan lainnya.

Kesejahteraan seseorang bukan karena bersekolah dan kuliah. Bukan pula karena penghasilannya. Tapi terletak pada pengelolaan keuangan. Baik keuangannya jangka pendek atau jangka panjang. Kemampuan berpikir demikian karena hasil pendidikan sehingga orang tersebut mampu berpikir panjang. Ketika dia tidak dapat mengelolah keuangan dengan baik. Maka dia telah gagal dalam dunia pendidikannya.

Untuk lapangan pekerjaan bukan beban dunia pendidikan (sekolah-Perguruan Tinggi). Tapi beban Pemerintah dan beban masyarakat itu sendiri. Tidak boleh menganggap dunia pendidikan gagal lantaran alumni menganggur. Sebab masyarakat dituntut untuk kreatif dan tidak malas dalam menemukan ide-ide untuk lapangan pekerjaannya. Walau pemerintah menciptakan iklim tapi kalau rakyatnya tidak memiliki kompeten juga percuma.

Kalau kita mau mengambil pelajaran dari negara maju, seperti Inggris dan Jepang. Dimana banyak individu masyarakatnya memilki ide-ide ekonomi kreatif yang kemudian tercipta lapangan pekerjaan. Hal demikian didorong oleh masyarakatnya yang terdidik dan cerdas. Masyarakat Inggris dan Jepang gemar membaca yang menjunjung tinggi pendidikan.

Maka dari itu, dalam dunia pendidikan dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi bukan untuk mengkayakan seseorang dengan materi, tidak untuk bekerja di suatu tempat setelah lulus. Tapi dalam dunia pendidikan hanya untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Setelah menempuh pendidikan diharapkan dengan ilmu yang dia dapat orang tersebut dapat mencari peruntungan hidupnya sendiri. Memulai berusaha, mengembangkan ide-ide. Kalau ada lowongan  bekerja pada sebuah perusahaan atau pun menjadi ASN. Dengan demikian, saat lulus tugas institusi pendidikan selesai, tapi proses belajar alumni tetap berjalan terus.

Dari sedikit penjelasan tersebut baru sedikit sekali hasil pendidikan yang dijelaskan. misalnya mengenai penciptaan teknologi, penataan ekonomi, munculnya orang-orang bijaksana yang membela keadilan dan menjadi pemimpin, hadirnya orang-orang yang memiliki ide dan mengembangkan lapangan pekerjaan, para pemikir kemanusiaan-lingkungan hidup dan lainnya.  Hasil peradaban manusia sekarang berkah dari pendidikan. Kalau kita (orang Indonesia) hanya menganggap hasil pendidikan sebatas PNS, bekerja kantoran-upah kerja, gaya (memakai baju kemeja dan dasi). Tentu hal tersebut sangat tidak sesuai dan tidak pantas (terlalu bodoh).

Ada lelucon yang mungkin benar “tidak perlu pintar dan berilmu, sebab bekerja hanya perlu uang pelicin, orang dalam, dan ijazah.”

Disusun. Tim Apero Fublic.
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 13 Desember 2021.

Sy. Apero Fublic

Selasa, 09 November 2021

KANIBAL SOSIAL: Pemakan Manusia dalam Skalah Massa.

Buletin Apero Fublic.- Baiklah, dalam pembahasan kali kita akan membahas penyakit sosial yang kita istilahkan dengan nama kanisos (kanibal sosial). Kanibal sosial secara umum didepenisikan adalah seseorang (individu) atau sekelompok orang yang memanfaatkan situasi massa yang tidak baik, lalu melakukan penipuan publik atau sandiwara publik untuk mencapai tujuannya.

Tujuannya tidak baik dan tidak iklas. Baik itu tujuan berbentuk materi, popularitas diri dan mengarahkan isu-isu sesuai tujuannya atau tujuan kelompoknya. Kanisos juga digolongkan kedalam penyakit jiwa yang buruk. Kata kanisos diambil dari dua, yaitu kata kanibal dan sosial.

Kanibalisme sosial dalam praktiknya dimana seseorang yang ingin dirinya menjadi hebat, besar, kaya raya dan berkuasa. Lalu dalam mencapai tujuannya dia melakukan berbagai cara benar atau tidak benar dia lakukan. Cara baik-baik misalnya memberikan bantuan-bantuan sosial dengan tujuan pencitraan. Cara buruk, dirinya mengkritik sesuatu yang sedang viral sehingga dirinya dikenal.

Tidak jarang berbuat asusialah di muka umum atau menghina, rasis agar disorot media. Atau menggerakkan tim media sosial (busser) untuk mempiralkan dirinya dan untuk menyerang lawannya. Dirinya sangat manusiawi dan baik didepan kamera dan orang banyak. Di belakang dirinya begitu buas dalam mencari materi dengan cara kotor.

Pengidap penyakit jiwa kanisos biasanya menghinggapi orang-orang yang ingin tenar atau mencari popularitas diri. Seperti politisi, selebritis, tokoh masyarakat dan individu.  Penyakit jiwa ini sangat buruk dan tidak baik dilakukan. Penyebab utama dari penyakit ini si pelaku tidak memiliki kemampuan yang baik pada bidang tertentu dan tidak memiliki prestasi.

Para pengidap penyakit jiwa kanisos juga pandai memanfaatkan kesempitan dan kesulitan orang banyak. Lalu dia gunakan keadaan tersebut untuk berbuat kotor dan curang. Misalnya ada bencana dirinya memanfaatkan untuk mencari bantuan, sumbangan tapi hal tersebut dia peruntukkan dirinya dan kelompoknya.

Atau dia menyumbang untuk popularitasnya agar dikenal baik. Seperti masa pandemi virus corona ada pihak perusahaan swasta, pejabat, yang berbisnis dalam hal terkait penangganan virus corona. Begitu juga orang-orang yang mengkorupsi bantuan sosial juga termasuk pengidap penyakit jiwa kanisos.

Contoh kanisos secara individu adalah orang yang menjual diri di media sosial seperti pelacur online (pelon). Memanfaatkan orang sakit keras lalu dia ambil foto dan datanya. Kemudian dia upload di media sosial atau dia turun ke jalan meminta sumbangan.

Orang-orang yang mengeksploitasi publik dengan mengoreng isu-isu untuk memanfaatkan suasana panik, resa dan pemanfaatkan paham untuk pemilihan umum, adu domba, juga bagian dari kelompok pengidap penyakit jiwa kanibal sosial (kanisos). Coba kamu perhatikan di sekitar kamu, mungkin ada orang yang mengidap kanisos atau ada sekelompok kanisos.

Kalau kita mengetahui bagaimana zaman dahulu ada kelompok-kelompok manusia primitif yang memakan manusia atau kanibal. Sungguh kejam dan tidak berkeprimanusiaan. Tapi mereka hanya memakan satu atau dua orang manusia yang bukan dari kelompok mereka. Namun, bagaimana dizaman kita sekarang ada orang yang tega memakan banyak manusia dalam skalah massa. Tentu orang-orang tersebut lebih buas dan lebih kejam dari manusia-manusia primitif zaman dahulu.

Disusun: Tim Redaksi Apero Fublic.
Tatafoto. Rama Saputra.
Editor: Melly, Desti, S.sos. Selita, S.Pd.
Palembang, 10 November 2021.

Sy. Apero Fublic

Sukses atau Keberhasilan Standar Orang Indonesia. Sebatas Materi dan Banyak Gaya.

BULETIN APERO FUBLIC.- Standar sukses atau standar keberhasilan orang Indonesia sangat rendah dan cenderung norak. Sebab hal-hal yang dia lakukan untuk dibilang orang sukses sangat kekanak-kanakan dan bersimbol-simbol. Seperti melakukan tindakan-tindakan yang menampakkan apa-apa yang dia miliki. Hidup cenderung bergaya seakan-akan dirinya bermain sinetron.

Berikut rangkuman standar pemikiran orang Indonesia tentang sukses. Kalau kita cermati kesuksesan orang Indonesia hanya sebatas dapat materi sebanyak-banyaknya dan banyak gaya (sok).

Pertama: Mendapatkan material seperti membeli mobil-sepeda motor (kes atau kredit), menggunakan handphone terbaru, banyak perhiasan-perhiasan dan sebagainya. Dengan adanya benda-benda demikian dirinya merasa sukses. Terkadang hasil yang dia dapat dari kreditan dan kesulitan juga membayar semuanya. Kalau dipikir benda-benda tersebut barulah sebatas fasiltas hidup, bukan kesusksesan hidup.

Kedua dalam hal makan: Orang sukses itu makan-makan di tempat mahal, tidak mau makan-makanan sederhana. Kalau terkena kotor sedikit lebai minta ampun seolah-olah dirinya orang terbersih di dunia. Padahal kontek makanan bukan tempat makan, bukan rasa makanan, bukan pulah diukur dari harganya. Tetapi dinilai dari manfaat makanan itu untuk tubuh, seperti kandungan karbohidratnya dan lainnya, adakah efek samping pada kesehatan. Halal atau tidak makanannya.

Logikanya, dimana pun tempat makan; restoran atau warung yang dimakan bukan tempat tetapi makanan di dalam piring. Begitu juga sesudah makan tidak mubazir dan tidak menambah banyak limbah makanan. Bukan pulah diukur seberapa banyak yang terhidang, tapi diukur seberapa banyak yang dapat dimakan. Untuk apa berbagai makanan terhidang kalau yang dimakan hanya tetap satu piring sesuai ukuran lambung manusia.

Ketiga, boros dan tanpa perhitungan: Semua yang digunakan serba mahal dan suka hura-hura. Baju agak murah tidak mau dan dia pikir bilang malu. Padahal dahulunya juga memakai pakaian obral. Analog: Kalau merokok belum habis satu batang, baru setengah batang sudah dipadamkan di dalam asbak. Biar kalau dilihat orang dirinya tidak rakus, pikiran minta dipuji orang.

Kalau cepat habis cepat beli lagi, uang banyak katanya. Hemat berbeda dengan pelit. Hemat mengolah dengan baik keuaangan dan barang sesuai kebutuhan. Sedangkan pelit, sedikit yang dia manfaatkan tapi banyak yang dia simpan. Terkadang saat dia mendapat uang cukup tidak permanen. Karena lupa menabung dan hidup boros suatu ketika pendapatannya menurun dia jatuh miskin lagi. Kita perhatikan kehidupan glamor tokoh publik, artis, model dan lainnya. Artis berpikir bukanlah artis dirinya kalau tidak hidup glamor. Padahal masyarakat hanya menyukai orang yang berprestasi, tidak lebih.

Keempat: Bekerja dengan pakaian rapi dan memakai dasi. Kalau sudah bekerja memakai dasi dan berbaju kemeja. Maka dirinya merasa jadi orang sukses. Mulai merendahkan petani, pemulung dan kuli. Padahal beras yang dia makan membeli beras hasil tanaman petani, kuli yang mengakat dan mendistribusikan dan pemulung yang memungut sampah yang dia buang sembarangan. Kadang juga honor orang begitu per bulan pas-pasan untuk kebutuhan hidup. Apa lagi kalau hononya agak lebih semakin menganggap dirinya hebat dan sukses.

Kelima, menggunakan bahasa-bahasa asing misalnya bahasa Inggris. Orang-orang ini mencampur aduk bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Dengan demikian dirinya merasa berkelas dan terpelajar. Maka dengan demikian merasa sukseslah dirnya itu. Padahal bahasa asing untuk komunikasi dengan orang asing, untuk pergaulan internasional dan kebutuhan akademis. Dirinya malah pamer dan sok ketinggian. Orang banyak memerlukan pemahaman saat bicara. Dirinya menggunakan bahasa untuk dibilang sukses dan berkelas.

Keenam, merasa dirinya lebih tinggi dari kebanyakan orang. Dia tidak merasa membutuhkan masyarakat kebanyakan lainnya. Dalam bergaul dia memilih-milih, selain itu manusia dia berikan kelas-kelas sosial. Kalau bicara dengan orang-orang biasa seakan-akan dirinya begitu berwibawa. Sehingga dia tidak mau berkata-kata bahasan biasa-biasa saja menurutnya. Padahal dirinya juga tidak memiliki intelektual memadai. Serta tidak memiliki pergaulan sosial cukup dengan masyarakat.

Ketuju, sukses orang Indonesia “dari kata orang”. Omong besar dengan menceritakan tentang kehebatan dan kelebihannya dalam materi dan pendapatan dari kerjanya. Omongan ini cenderung dia besar-besarkan agar orang mengira dan mengakui kalau dia orang sukses. Kadang kalah orang demikian melakukan pekerjaan tidak terhormat dan tidak halal. Namun dia bersandiwara seakan dirinya orang yang terhormat. Dengan omongan-omongan bohong tersebut dia menipu masyarakat agar dibilang sukses. Maka suksesnya hayalah sebatas sukses “kata orang-orang.”

Kedelapan sombong dan egoisme, suka berbuat hal-hal buruk dan dosa. Banyak orang di negara kita meminta dibilang kaya dan sukses berbuat hal-hal buruk. Misalnya minum-minuman beralkohor, memakai narkoba, hidup sombong dan tidak mau diatur. Kadang dia memperlakukan istri, keluarga sesuka hatinya. Begitu juga dengan pekerjanya semaunya saja. Hanya karena ingin dibilang bos atau orang sukses-berkuasa.

Begitulah standar keberhasilan orang Indonesia. Tidak ada yang lebih baik dari delapan hal tersebut. Orang Indonesia tidak mengerti bagaimana menjadi manusia yang sukses. Malu menjadi manusia baik dengan visi kedepan yang bersanding dengan kemanusiaan.

Tidak menyadari kalau hidup dengan perilaku yang sederhana dan biasa-biasa saja sangatlah indah. Sukses atau sudah kaya sesungguhnya tidak perlu dengan bergaya dan meminta pengakuan publik. Sebab uang dan kekayaan tidak akan bertambah sebab hal tersebut. Walau memiliki uang bukan berarti kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan masuk otomatis kedalam kepala secara sendirinya. Sehingga merasa selalu benar dan lupa akan kematian hanya karena merasa diri sudah sukses.

Manusia sukses bukan diukur dari semewah apa dalam kehidupannya. Tapi diukur dari kebaikan dan kebijaksanaan hidup. Dimana dia dapat menjadi kaya tetapi dirinya tetap sederhana. Dapat menempakan diri dimana dia menggunakan bahasa asing dan bahasa ibu.

Dapat bergaul dengan baik dengan berbagai kalangan masyarakat.  Intinya, manusia sukses adalah manusia yang berguna bagi sesamanya. Sukses dalam materi, dimana dia dapat mencukupi hidupnya serta dapat membatu sesama. Sukses dalam kerja dimana dia dapat menyelesaikan tugas-tugas kerja dengan baik dan penuh tanggung jawab. Kalau orang Indonesia sukses dalam kerja dimana dia dapat uang sampingan seperti korupsi atau pungli.

Menurut saya, orang yang sukses adalah orang yang dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Sebagai contoh: seorang ayah sampai akhir hanyatnya dapat menjaga dan mendidik anak-anaknya. Lalu anak-anaknya menjadi manusia yang baik. Kita memulai berpikir lebih mendalam agar daya pikir masyarakat kita meningkat.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Rama Saputra.
Palembang, 3 November 2021.

Sy. Apero Fublic

Selasa, 02 November 2021

Peribahasa: Bagaikan Kedak Hulu Mudik

BULETIN APERO FUBLIC.- Peribahasa adalah ungkapan singkat yang mengandung makna mendalam, bersifat nasihat dan sindiran. Tujuan peribahasa untuk pendidikan sosial masyarakat secara luas pada suatu komunitas masyarakat yang berbentuk suku bangsa atau sebuah negara.

Di Indonesia bermacam-macam peribahasa yang diwariskan secara turun temurun nenek moyang bangsa Indonesia. Salah satu peribahasa hasil kearifan lokal dari masyarakat Melayu di Kabupaten Musi Banyuasin yang berhasil tim Apero Fublic cukup memberikan pengajaran untuk pribadi individu agar tidak lupa diri.

Pribahasa tersebut berbunyi “Bagaikan Kedak Hulu Mudik” singkat dan padat. Kalau sepintas lalu ungkapan pribahasa tersebut biasa-biasa saja. Namun apabilah direnungkan dan dicermati, memberikan pengajaran yang sangat realitas sekali terjadi pada masa dulu sampai sekarang. Menggambarkan sifat manusia secara umum dan mendasar.

Kedak nama sejenis ikan gabus atau ikan ruan. Pada masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh terutama di Desa Gajah Mati ikan kedak tidak dikonsumsi karena penduduk berkeyakinan bahwa ikan kedak berasal dari bengkarung atau kadal. Sehingga masyarakat tidak mau memakan ikan kedak. Apabila memancing ikan, kemudian yang pertama didapat adalah ikan kedak. Timbul perasaan ragu bagi si pemancing kalau dia memancing hari itu akan sial.

Ikan kedak memiliki rupa yang tidak bagus, bersisik keabu-abuan dan ada yang kemerahan dengan kepala tumpul. Sehingga rupa ikan kedak sangat tidak cantik. Bentuknya itu membuat masyarakat berpikir kalau ikan kedak benar-benar evolusi dari kadal. Ikan ini tinggal di benca dan bencani, gaung,  mata air-mata air hulu sungai. Menghuni dan tinggal di bawah semak sungai. Ikan ini mendiami sungai-sungai kecil yang sempit. Jarang sekali terdapat di sungai yang cukup besar. Oleh masyarakat ikan kedak digolongkan sebagai ikan terkutuk dan kelas rendah.

Ikan ini juga sangat menjengkelkan saat memancing. Apabilah dia sudah didapat oleh pemancing, dan si pemancing tidak mau mengambilnya. Lalu dia melemparkannya kembali ke dalam air didekat pemancing melemparkan mata kailnya. Ikan kedak yang baru saja dilempar kembali ke dalam air. Akan kembali memakan mata kail.

Berkali-kali tidak jera dan sampai akhirnya si pemancing terpaksa melemparnya ke darat atau pindah dari lokasi itu. Berbedah dengan ikan-ikan lain, apabilah sudah didapat lalu lepas maka ikan lain akan pergi dan tidak akan mengulangi memakan mata kail itu. Ikan kedak seperti tidak mengerti kalau mata kail dapat membunuhnya. Atau dia tahu kalau manusia tidak mau memakannya.

*****

Bagaiamana dengan arti pribahasa bagaikan kedak hulu mudik. Kata mudik berarti menuju ke hulu sungai. Ikan kedak termasuk ikan kuat dalam bertahan hidup. Dimusim kemarau sungai-sungai kecil akan kering kerontang. Ikan kedak tinggal di dalam lumpur di dasar sungai. Saat hujan lebat dimana pertama air memenuhi sungai-sungai. Ikan kedak muncul bergerombol dan berenang kesana kemari menuju hulu sungai. Ikan kedak sangat gembira dan menyambar serangga dan cacing yang terjatu ke dalam sungai. Sehingga tampak tilap bernafas dipermukaan air. Begitulah kiranya gembiranya ikan kedak berenang ke hulu.

Sedangkan pengertian untuk sifat manusia bermakna: Ada seorang manusia yang miskin dan termasuk orang yang tidak dihormati dan tidak dihargai masyarakat, dimana kehidupannya yang miskin dan hanya mendapat makan saja dalam kesehariannya. Beberapa waktu kemudian dia mendapat cara atau pekerjaan dimana dia dapat dengan mudah mencari uang sedikit lebih dari kebanyakan orang. Atau dia menjabat sebuah jabatan yang terhormat, misalnya Kepala Dinas pada pemerintahan Daerah, di sebuah perusahaan dan sebagainya.

Perlahan sifat orang tersebut berubah, yang tadinya tidak banyak bicara kemudian menjadi sangat banyak bicara walau hal yang dibicarakan tidak benar dan tidak penting. Merasa dirinya sangat pintar, dan meremehkan orang-orang. Suka marah-marah tidak karuan pada keluarga, pada teman yang mengikutinya atau pada bawahannya. Saat marah-marah dia menggunakan bahasa-bahasa berkelas misalnya istilah-istilah asing atau berbahasa Indonesia seperti kasir bank. Salah sedikit langsung marah sesuka hatinya.

Kadang-kadang dia mencari-cari kesalahan orang untuk marah-marah mengungkapkan kalau dirinya orang berkelas dan berkuasa. Apa-apa tidak suka dibantah dan selalu dirinya yang nomor satu. Sangat tersinggung kalau dia kalah dalam berkata-kata. Benci pada orang yang mengkritik dan tidak membenarkan perbuatannya walau dia tahu perbuatan tidak pantas. Segalah sesuatu dia anggap mudah yang diselesaikan dengan uang dan uang. Kalau makan tidak mau yang sederhana, maunya yang dilayani dengan istimewa, mahal.

Kalau makanan sederhana seperti singkong dia akan merasa jijik. Padahal dahulu sebelum mendapatkan pekerjaan dia sering memakan makanan sederhana dan di emperan. Menganggap remeh hal-hal yang sederhana, serta meminta diperlakukan secara istimewa. Dia berpikir kalau dirinya orang yang berkelas tinggi. Dia menganggap semua yang dia dapat adalah hasil kepintarannya sendiri.

Sifat orang demikianlah yang digambarkan dengan peribahasa “bagaikan kedak hulu mudik.” Yang digambarkan bagaimana dia dulu miskin dan rendahan kemudian menjadi sedikit memiliki uang: Dia diperumpamaakan seperti seekor ikan kedak yang lupa saat kemarau diaman dia hidup didalam air berlumpur. Tidak dikonsumsi oleh orang-orang. Baru setelah hujan datang dia dapat berenang dan leluasa mencari makan. Kedak lupa diri siapa dirinya. Lupa kalau hujan bukan atas usaha dirinya tapi itu rahmat dari Allah, tuhan semesta alam. Semoga kita yang miskin kemudian diberi cobaan menjadi orang berkecukupan tidak seperti peribahasa, “Bagaikan kedak hulu mudik.”

Disusun: Tim Apero Fublic.
Editor. Melly
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 2 November 2021.
Sumber: Kearifan lokal masyarakat di Desa Gajah Mati, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Pengertian Kata: Benca: Penampungan air alami yang berbentuk seperti selokan di dalam hutan tropis. Bencani: Penampungan air alami berbentuk melebar, ukuran lebar biasanya satu meter persegi atau lebih. gaung: Tempat mata air alami yang berbentuk lobang besar sehingga menyerupai mulut guwa.

Sy. Apero Fublic

Selasa, 19 Oktober 2021

Mengapa Istilah-Istilah Penyakit Sosial Diambil dari Nama Hewan.

BULETIN APERO FUBLIC.- Dalam istilah-istilah penyebutan penyakit-penyakit sosial selalu diambil dari nama-nama hewan?. Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa demikian. Mengapa tidak mengambil istilah-istilah latin sebagaimana biasanya dalam bahasa Indonesia. Untuk yang belum mengetahu apa itu penyakit sosial baiknya simak penjelasan berikut.

Penyakit sosial adalah sejenis penyakit alami yang tumbuh dari dalam jiwa manusia. Penyakit sosial bukan disebabkan virus atau sejenis kuman. Tapi penyakit sosial disebabkan oleh kebodohan, egoisme diri, pergaulan salah dan hidup tidak memiliki tujuan jelas, serta berpikiran sempit. Orang pengidap penyakit sosial juga digolongkan sakit jiwa tidak akut.

Pada penampilan fisik pengidap penyakit sosial sempurna, kadang orang ini sudah berpendidikan tinggi, ada yang kaya dan memiliki kreativitas tinggi. Penyakit sosial merupan sejenis prilaku yang menyimpang dan paham yang salah dalam memaknai hal-hal buruk yang dia banggakan.

Misalnya dia bangga sudah memakai narkoba, merasa keren dan hebat berbuat dosa. Orang-orang ini membanggakan hal demikian pada orang sekitarnya. Kalau kamu menemukan manusia yang bangga dengan perbuatan dosa atau perbuatan salah. Maka orang tersebut tergolong pengidap penyakit sosial.

*****

Menjawab penyakit sosial yang selalu diambil dari nama hewan. Karena hewan dan manusia adalah sama-sama mahluk hidup yang memiliki ciri-ciri yang sama sebagai mahkluk hidup. Perhatikan saja hewan-hewan misalnya anjing, babi, kera, dan lainnya. Semua hewan-hewan tersebut memiliki tangan, kaki, mata, tulang, darah, jantung, pendengaran, suara, makan, minum, buang kotoran, kawin, berkembang biak  dan lainnya. Manusia juga demikian memiliki tangan, kaki, mata, tulang, darah, pendengaran, suara, makan, minum, buang kotoran, seks, berkembang biak dan lainnya. Hanya saja manusia dan hewan-hewan lainnya memiliki bentuk yang berbeda-beda satu sama lain.

Lalu apa yang membedakan manusia dengan hewan-hewan tersebut. Manusia memiliki akal yang dapat membedakan hal baik dan buruk. Manusia memiliki pemikiran yang menciptakan kebudayaan. Manusia memiliki hukum; hukum agama, adat dan etika serta rasa malu. Ketika manusia sudah kehilangan nilai-nilai fitrah atau sengaja berbuat yang menyebabkan hilangnya kemanusiaanya. Lalu melakukan perbuatan-perbuatan menyimpang dan tidak lagi membedakan baik-buruk dan benar salah.

Dengan demikian orang tersebut sama halnya dengan hewan-hewan atau masuk golongan hewan. Sebagaimana yang telah ditulis diatas, yang menjadi pembeda manusia dan hewan adalah ahklaknya, adab, etika dan adanya pemikiran baik yang berbeda. Dengan demikian istilah-istilah penyakit sosial selalu diambil dari nama-nama hewan.

Misalnya kita sering menemukan media massa mengistilahkan koruptor dengan tikus dan sebagainya. Misalnya, animseks adalah penyakit sosial dimana pengidapnya orang-orang yang suka mempertontonkan seks baik itu hubungan intim atau sejenisnya di media sosial atau ditempat umum. Sebenarnya hewan tidak ada yang rendah bahkan sama dengan manusia digolongkan kedalam mahkluk hidup. Dalam agama Islam babi dan anjing haram dikonsumsi-jual beli saja, tidak berarti merendahkan babi dan anjing sebagai ciptaan yang maha kuasa.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 19 Oktober 2021.

Sy. Apero Fublic

Kamis, 01 Juli 2021

Ciri-Ciri Anda Termasuk Orang Bodoh dan Terbelakang

BULETIN APERO FUBLIC.- Berikut ini kita akan membahas tentang orang yang bodoh dan terbelakang. Sebab orang yang pintar dan maju tidak diukur dari nilai IPK kelulusan dalam pendidikan. Orang yang maju tidak dinilai dari pakaian yang mahal, kendaraan yang mewah, dan jumlah uang yang banyak. Tapi orang yang manju dinilai dari polah pikir hidup yang baik dengan jalan yang baik.

Apa bilah Anda memiliki salah satu dari ciri-ciri ini. Maka Anda termasuk orang bodoh dan terbelakang. Kalau Anda memiliki lebih dari satu tanda-tanda ini maka Anda tergolong pada manusia yang sangat bodoh, begitu pun seterusnya. Dan Apabilah memiliki semua ciri-cirinya, maka Anda tidak termasuk golongan manusia, tapi hewan yang berbentuk manusia. Maka dari itu, apabila Anda ingin menjadi orang pintar dan maju cukup hilangkan ciri yang Anda miliki itu.

1.Percaya Orang Zaman Dahulu Punya Kesaktian

Pertama dalam kategori orang bodoh dan terbelakang adalah orang-orang yang percaya bahwa orang-orang zaman dahuluh ada yang memiliki kekuatan super atau kekuatan kesaktian (ghaib). Kekuatan itu didapat dari berguru pada orang, pada siluman, bertapa atau hasil menciptakan. Sehingga orang tersebut dapat terbang diudara, bisa berjalan diatas permukaan air layaknya dia berjalan di atas lantai. Percaya bisa menghilang layaknya mahkluk halus seperti jin. Atau kekuatan kesaktian lain yang tidak super lainnya.

Apabilah Anda percaya dengan hal-hal demikian maka Anda termasuk orang yang bodoh. Sebab manusia dari zaman nabi Adam tidak ada yang bisa terbang seperti burung atau seperti yang kita lihat dalam film. Tidak ada manusia yang bisa menghilang dan dapat berjalan diatas permukaan air. Manusia dari zaman dahuluh sama, seperti zaman sekarang. Apa yang berbeda manusia dari zaman dahuluh dengan zaman sekarang? Yang berbeda adalah sistem teknologi dan sistem berpikir.

2.Percaya Pada Legenda dan Mitos

Kedua, yang termasuk manusia bodoh adalah orang-orang yang mempercayai kalau legenda dan mitos adalah hal-hal yang benar-benar terjadi. Misalnya percaya dengan legenda si Malin Kundang yang disumpah ibunya menjadi batu. Sesungguhnya cerita si Malin Kundang memiliki banyak versi di tempat-tempat lain. Di Malaysia dikenal dengan cerita si Tanggang dan di beberapa tempat lain di Indonesia ada versi lain.

Tidak ada korelasi atas benda-benda mati dan benda hidup. Tidak ada hal yang terjadi ajaib seperti hal demikian. Hanya mujizat dari para Nabi-Nabi Allah yang dapat terjadinya keajaiban. Itu pun atas izin Allah karena untuk suatu hal yang penting. Legenda, mitos atau cerita rakyat dihadirkan untuk pendidikan oleh orang-orang zaman dahulu. Cerita berfungsi sebagai nasihat dan pelajaran untuk masyarakat. Apa pun bentuk legenda, cerita rakyat dan mitos adalah hasil buah pikir nenek moyang dalam mendidik dan menghibur, semuanya bohong.

3.Percaya Pada Dukun Atau Orang Pintar

Ketiga, Anda adalah orang yang bodoh apabilah masih percaya dengan dukun. Dukun adalah orang yang mengaku memiliki kekuatan gaib dan kesaktian. Padahal dia hanya mengaku dan disebut-sebut orang. Sehingga dia dipercaya dan dianggap orang yang memiliki kemampuan gaib atau kesaktian. Kalau kita lihat, obat atau jenis alat yang dia berikan hanyalah berupa petunjuk-petunjuk dari ramuan tradisionalk yang menerkah-nerkah. Atau alat-alat dari lingkungan sekitar yang dia buat-buat, misalnya jimat-jimat.

Banyak orang mendatangi dukun untuk kemenangan mencalon kepala desa, pelaris dagang, untuk  mencalonkan diri saat pemilihan umum misalnya menjadi anggota DPR. Datang ke dukun, lalu meminta berkat (jampi, anti, petunjuk) atau sesuatu agar menang pemilihan. Si dukun dianggap bisa mengendalikan pemikiran ribuan orang agar memilih dia. Hal demikian adalah mencerminkan betapa bodohnya Anda. Kalau kita pikir seandainya dia memang dapat melakukan hal demikian.

Mungkin dirinya, anaknya, saudaranya, keluarganya, temannya sudah dia jadikan serta menjadi orang hebat. Apa pun alasannya kalau Anda percaya dan datang ke dukun untuk sebuah urusan, maka Anda tergolong orang yang bodoh dan terbelakang. Zaman sekarang betapa banyaknya orang yang masih tertipu, terutama tertipu oleh dukun cabul dan dukun pemilu. Itu menandakan kalau masyarakat kita termasuk masyarakat yang bodoh. Yang paling idiot, dimana orang percaya sandiwara dukun dukun yang pura-pura kerasukan jin dan berbicara seolah-olah jin. Ada kata-kata, “mengapa dukun disebut orang pintar?, karena yang datang orang bodoh.”

4.Percaya Pada Ramalan

Selanjutnya orang yang masuk kelompok orang bodoh dan terbelakang adalah orang-orang yang percaya dengan ramalan-ramalan. Misalnya ramalan nasib, ramalan garis tangan, ramalan dukun-dukun dan semua ramalan termasuk ramalan bintang. Orang percaya ramalan dan perkiraan orang-orang adalah orang bodoh. Sebab jalan hidup dan takdir manusia sudah ditulis oleh Allah.

Kalau Anda bukan orang yang beragama dapat menjalani kehidupan sesuai alur hidup. Tidak ada orang yang tahu masa depan. Untuk tahu apakah kita masih hidup, besok atau tahun depan saja kita tidak dapat memastikan. Apa lagi mengetahui jalan hidup seseorang yang panjang.

5.Menghubungkan Sesuatu Kejadian Dengan Takdir (Tanda-Tanda)

Yang dimaksud dengan menghubungkan suatu kejadian dengan takdir adalah orang yang mempercayai terjadinya sesuatu karena tanda-tanda yang terjadi. Sungguh hal demikian adalah praduga dan prasangkah yang tidak benar dan salah besar. Sebagai contoh, misalnya saat berbaring dia dijatuhi cicak dari atas dinding.

Padahal cicak jatuh disebabkan karena sedang kawin, melarikan diri yang terburu-buru. Saat cicak terjatuh ke bawah dan kebetulan pemilik rumah sedang berbaring. Sehingga menimpa pemilik rumah. Banyak orang berpendapat itu tanda yang buruk, sial dan tidak baik.

Ada juga misalnya dia seorang ibu hamil tidak boleh membeli payung untuk persiapan anaknya saat melahirkan. Karena akan terjadi hal yang tidak diinginkan, menurut praduga atau kata orang-orang akan ada yang mati ibu atau anaknya. Hal demikian sangat tidak masuk akal dan pikiran demikian adalah pikiran orang bodoh dan terbelakang. Bermacam-macam hal lainnya, misalnya jatuh foto beserta bingkanya dari dinding dan kaca hancur berantakan. Dijadikan sebagai pertanda buruk menimpa orang yang di foto.

Apa bilah dipikir, kemungkinan tata letak foto yang bergeser atau ikatnya putus karena lapuk. Sehingga foto beserta bingkainya jatuh. Kalau seorang yang didalam foto mengalami musibah, itu hanya kejadian yang kebetulan dan tidak ada sangkut pautnya. Tidak ada kejadian yang demikian berhubungan dengan jalan hidup seseorang.

Sebab, semua jalan hidup manusia sudah Allah gariskan dan tetapkan sebelum manusia lahir. Seandainya anda bukan orang beragama, anda cukup berpikir logis saja. Bagaimana mungkin foto yang benda mati dapat mengetahui kejadian sesuatu atau memiliki kekuatan. Berhentilah menghubungkan sesuatu kejadian dengan jalan hidup manusia, sebab itu hanyalah praduga dan prasangkah saja. Berhentilah menjadi orang bodoh.

6.Menilai Sesuatu Berdasarkan Diri Sendiri.

Menilai sesuatu berdasarkan diri sendiri adalah dimana orang menilai suatu kejadian, peristiwa, dan suatu hal menimpa orang lain dengan berat sebelah dan mengukur dengan kemampuan dirinya sendiri. Sebagai contoh, misalnya mendengar kabar dari orang-orang dia langsung merespon buruk tanpa dimbangi akal sehat dan tidak mau mencari tahu kebenaran yang sebenarnya. Misalnya mendengar sebuah isu penculikan kemudian dia takut dan termakan propaganda isu tersebut. Tidak berpikir lagi kalau negara ada polisi dan hukum. Mendapat tulisan atau artikel buruk atau hoax akan langsung percaya dan share.

Jangan menilai sesuatu dengan berat sebelah, imbangi dengan informasi dari sisi lain. Misalnya ditengah masyarakat ada peristiwa terjadi, jangan mengikuti informasi yang berkembang dari mulut ke mulut. Tapi carilah informasi dari sisi yang lain. Misalnya ada rumor perselingkuhan seorang laki-laki dengan istri orang. Cobalah cari informasi dari kedua belah pihak tersebut. Sebab, rumor hanya berdasarkan sekali yang tampak saja. Jangan ikut-ikut membicarakan rumor tersebut dengan percaya saja, tanpa klarifikasi.

7.Tidak Suka Belajar

Orang yang bodoh dan terbelakang adalah orang yang tidak suka belajar. Dia hanya cukup puas dengan keadaannya. Tidak suka belajar dan inovasi dalam usahanya, kerajinannya, pengetahuaanya dan kehidupannya. Dia hanya melakukan itu, hanya itu-itu saja. Tidak suka belajar dalam segala hal di kehidupannya. Apa bila melakukan kesalahan dia tidak mau mengambil pelajaran dari kejadian tersebut. Lebih suka mengomentari dari pada mengamati dan lebih banyak berkata daripada mencermati.

Waktu sekolah dan kuliah juga hanya banyak duduk dan tidak serius belajar. Tidak suka membaca buku dan mengembangkan bidang ilmu yang dia pelajari. Hanya sebatas menjalankan rutinitas belajar dan datang ke tempat belajar. Dia hanya berpikir bagaimana lulus dan dapat ijazah lalu bekerja.

Dalam hal ini, orang-orang demikian walau dia sudah menginjak sampai ke tingkat Strata III (S3) tergolong orang yang bodoh. Sebab, ilmu pengetahuan tidak masuk dan mendatanginya secara sendiri. Ilmu pengetahuan tidak bisa masuk secara otomatis ke dalam otak manusia. Karena dia sudah selesai pendidikan di Perguruan Tinggi. Orang yang tidak suka belajar adalah orang yang bodoh dan terbelakang.

8.Tidak Ada Pemikiran Sosial Jangka Panjang

Tidak ada pemikiran sosial jangka panjang adalah dimana Anda hanya berpikir untuk kepentingan sesaat. Lalu Anda berbuat serakah dan tidak memikirkan akibat dari perbuatan Anda. Misalnya Anda membuang sampah plastik ke sungai. Anda merasa tidak bersalah dan berpikir tidak mengapa. Padahal perbuatan Anda sangat merusak alam dalam jangka panjang. Meracun sungai (mengebom ikan) yang mengakibatkan hancurnya ekosistem sungai dan banyak punahnya jenis ikan dan lainnya.

Mengapa meracun sungai, sebab Anda tidak dapat mengolah sungai dengan baik. Sehingga hanya meracuni sungai saja yang Anda bisa. Apa pun perbuatan Anda yang merusak lingkungan sosial dan lingkungan alam dalam waktu panjang. Berarti Anda termasuk orang yang bodoh dan terbelakang. Orang yang pintar dan maju dia berpikir bagaimana sesuatu dikelolah dengan baik dan berakibat baik dikemudian hari.

Dalam kelas yang lebih tinggi, pihak pengusaha yang berbisnis kemudian memiliki efek kerusakan pada lingkungan bumi dan lingkungan sosial juga tergolong orang yang bodoh dan terbelakang. Hanya saja dia sedikit memiliki uang. Usaha walau pun dia petani sayur dan pemilik pabrik tetap usaha namanya.

Tidak ada yang membedakan dari keduaya. Yang membedakan adalah pada sisi manfaat dan terjaganya lingkungan alam dan lingkungan sosial. Berusaha tanpa berpikir kebaikan dan tanpa pandangan jauh kedepan pada dasarnya itulah bagaimana orang bodoh dan terbelakang berusaha. Apa pun tingkatan pekerjaannya, dari petani, pengusaha, karyawan dan lainnya.

9.Hanya Berpikir Untuk Diri Sendiri

Orang yang bodoh dan terbelakang termasuk juga orang yang hanya berpikir untuk dirinya sendiri. Miasalnya dia tidak peduli dengan kerusakan sekitarnya. Asal hidupnya tidak terganggu tidak apa. Dia tidak peduli dengan hancurnya masyarakat dan negaranya asal dirinya dan sedikit keluarganya hidup enak dan tenang.

Dia hanya memikirkan bagaimana kebaikan dirinya sendiri tanpa peduli sekitar. Apabila dia menjadi pejabat dia hanya memikirkan bagaimana dia kaya dan mendapat banyak uang. Bagimana dia terus menjabat dan terus mendapat uang. Tidak ada sedikit pun di dalam dirinya sikap peduli, sifat kebaikan atau pun sosial. Orang seperti ini termasuk orang yang bodoh dan terbelakang.

Sebab hidupnya seperti hewan mamalia yang berada di dalam kandang. Kehadirannya di dunia ini tidak ada gunanya sama sekali. Selain menambah jumlah sensus penduduk. Begitulah orang bodoh dan terbelakang yang ada disekitar Anda. Hanya saja orang demikian pada kebodohan sisi lainnya.

Dalam hal lain, dia juga hanya memikirkan generasinya sendiri. Tidak memikirkan generasi berikutnya. Membangun usaha hanya sebatas untung dan tidak mau peduli dengan pajak serta tidak peduli rusaknya sekitar oleh usahanya. Orang seperti ini sangat banyak di negara Indonesia dan dunia, dimana mereka hidup seperti mahluk asing di bumi yang ramai ini.

10.Bangga Berbuat Bodoh dan Dosa.

Pada bagian kesepuluh ini, ciri-ciri orang bodoh dan terbelakang adalah manusia yang bangga dan suka berbuat bodoh dan bangga berbuat dosa. Contoh orang berbuat bodoh suka berbuat sesuatu yang berbahaya dengan maksud ingin dipuji dan ingin terlihat keren. Misalnya balap liar, mengangkat sepeda motor, merokok, mabuk-mabukan, bangga memakai Narkoba, mencari-cari gara-gara untuk berkelahi, menghina orang, dan lainnya.

Contoh bangga berbuat dosa, misalnya bangga sudah memperlakukan wanita tidak senonoh. Misalnya memeluk wanita bukan mahrom, bangga sudah berzina dengan wanita (pacar, PSK, dan wanita tidak senono lainnya). Bangga sudah membunuh orang, dan bersikap sok jago. Bangga kalau sudah memalak orang, bangga sudah memukul orang, bangga dan merasa pintar kalau sudah menipu dan korupsi.

Orang-orang yang bangga dengan berbuat bodoh dan berbuat dosa adalah termasuk orang bodoh dan terbelakang. Bodoh secara intelektual dan terbelakang secara moral. Walau orang tersebut sudah memiliki ijazah Perguruan Tinggi dan menjabat suatu jabatan tinggi. Kalau dia masih bangga berbuat bodoh dan berbuat dosa maka dia termasuk golongan orang bodoh, tolol dan goblok.

11.Menilai Sesuatu Dari Yang Tampak

Golongan orang bodoh berikutnya adalah orang-orang menilai sesuatu dari yang tampak. Apabilah sesuatu tampak bagus kulitnya maka isinya bagus dan enak. Misalnya bungkus kue yang tampak indah dan mahal dianggap enak. Sedangkan kue yang wadahnya biasa dianggap tidak enak dan jelek. Cenderung malu membelinya dan memakannya ditempat ramai. Makanan dari umbi-umbian seperti singkong, keladi dan sejenisnya. Dia anggap lebih jelek dan rendah mutunya dari makanan produksi pabrik.

Menilai orang dari tampaknya, misalnya orang yang selalu memuji dan mendukung dianggap orang yang baik pada dirinya. Padahal orang tersebut penjilat dan pencari muka. Seorang gadis menilai seorang lelaki dari penampilan tanpa memperhitungkan akhlak dan moralnnya. Kemudian merasa hebat dan tinggi derajadnya dari orang lain, hanya karena dirinya memiliki sedikit kelebihan dari orang yang tampak sederhana.

Orang-orang yang menilai sesuatu hanya dari tampaknya adalah orang-orang yang bodoh dan terbelakang. Dia tidak bisa menilai dengan baik dan logis hal tersebut. Misalnya kue coklat lebih bagus mutunya dari makanan tradisional, misalnya singkong goreng. Dia menilai dari sebab bentuk dan kenamaan kalau coklat itu enak.

Apabilah dia melihat dampak kesehatan jangka panjang dan kandungan karbohidrat makanan. Tentu dia tidak akan merendahkan singkong goreng. Orang tersebut belum bisa berbikir maju dan tidak mengetahuinya, apa dampak kesehatan dari yang dia makan. Maka, makanlah apa yang Anda makan, tapi pandanglah makanan itu sama. Hanya pada kondisi waktunya saja yang perlu sesuaikan.

Disusun. Tim Apero Fublic
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputa.
Palembang, 2 Juli 2021.

Sy. Apero Fublic

Sabtu, 19 Juni 2021

APERO FUBLIC: Mengenal Delapan Penyakit Bangsa Indonesia

APERO FUBLIC.- Sejauh pengamatan selama ini, ada beberapa penyakit jiwa bangsa kita yang sangat menggerogoti kehidupan bangsa kita. Delapan hal tersebut dapat dipelajari pada tulisan berikut ini:

1.NEOFEODALISME

Neofeodalisme adalah istilah penyebutan kelompok feodal yang tercipta setelah runtuhnya tatanan feodalisme dunia. Dimana kebebasan dan kesamaan derajad manusia, walau pun dalam Islam sesungguhnya hal demikian sudah ditegaskan. Kaum feodalis lama dibentuk dari keturunan bangsawan dan orang kaya. Sedangkan kelompok feodal baru atau neofeodalisme muncul dari kalangan orang-orang biasa yang memiliki kedudukan, keuangan, kekayaan, dan kekuasaan, pada suatu negara.

Kelompok feodal pada zaman dahulu mengukur keberhasilan dari banyak uang didalam peti-peti mereka, luasnya tanah yang dimiliki, banyaknya jumlah ternak, besarnya rumah. Dalam tatanan sosial mereka selalu merendahkan rakyat biasa. Keberhasilan hidup mereka nilai dari simbol-simbol materialisme. Bukan dari prestasi dan keberhasilan nilai luhur dalam tugas mereka. Sehingga mereka berlaku semaunya, dan mengelolah kekayaan negara sesuka hati mereka. Di zaman sekarang kaum neofeodalisme di negara kita juga demikian.

Sebagai rakyat biasa kita dapat mengamati bagaimana prilaku dan perbuatan para pejabat dan pelaksana tugas negara. Dari Rukun Tetangga (RT) sampai ke tingkat menteri, petugas sipil dan non sipil, kelompok yudikatif, legislatif, dan eksekutif. Dengan media sosial dan media massa kita sebagai rakyat biasa dapat mengamati bagaimana prilaku mereka. Pada tingkat lebih kecil kita dapat menemukannya secara sendiri. Misalnya dalam hal-hal mengurus Kartu Keluarga atau ke kantor-kantor pemerintah setempat. Kita saksikan bagaimana hajat kita cepat selesai apabilah ada uang. Begitu juga dalam media dimana kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat. Mereka memburu uang rakyat untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Itulah yang disebut dengan paham neofeodalisme.

Kaum neofeodalisme ini, sangat sulit melawan mereka. Sebab hal demikian bukan dari salahnya sistem pemerintahan tapi salah dalam pandangan hidup mereka. Mereka kurang pendidikan dan wawasan kehidupan, walau pun memiliki ijazah. Perubahan pendidikan yang memakan satu atau dua generasilah yang dapat menghancurkan paham neofeodalisme.

2.TIDAK LOGIS BERPIKIR

Penyakit kedua bangsa kita yang sangat sulit dihapus adalah polah pikir tidak logis atau tahayul. Masyarakat kita masih hidup dalam kerangkah berpikir dongeng, legenda atau gaib (klenik). Polah pikir tidak logis disebabkan kurangnya memahami sesuatu dengan kerangkah logis atau sesuai dengan akal yang nyata. Ketidak mampuan berpikir logis karena kurangnya membaca dan memahami sesuatu dengan akal sehat.

Masyarakat kita masih sangat mudah dihasut dan termakan isu-isu. Masih percaya dengan kejadian legenda atau dongeng-dongeng. Percaya dengan ramalan, tahayul, dukun, jampi-jampi, katanya. Semua kejadian-kejadian disebabkan dan disangkut pautkan dengan hal gaib. Segalah sesuatu masih dikendalikan sesuatu yang gaib sejenis jin, iblis, setan dan mahkluk halus. Masyarakat kita masih percaya kalau orang zaman dahulu bisa terbang, bisa menghilang, bisa membunuh orang dari jauh. Bahkan manusia bisa berubah jadi batu dan berubah menjadi sejenis hewan. Inilah pemikiran bangsa kita yang sangat menghambat pembangunan SDM.

Polah pikir yang tidak logis seperti ini sangat menghambat kemajuan bangsa kita. Masyarakat kita hanya memimpikan sesuatu dengan secara instan atau ajaib. Ingin memiliki pemimpin yang adil tapi mereka menerima uang saat pemilihan. Tidak memiliki perjuangan dan usaha-usaha yang mereka tau hanyalah keinginan mereka. Menunggu kemajuan bangsa dengan datangnya manusia super.

3.MATERIALIS INDIVIDUALIS

Penyakit ketiga adalah materialis Individualis dimana segalah sesuatu dinilai dengan uang. Tidak ada celah lagi sedikit kemanusiaan selain uang. Keinginan untuk mendapatkan harta begitu kuat. Sehingga dia berusaha dengan segalah cara agar dia mendaptkan uang atau harta. Tidak peduli dengan nilai haram atau melanggar hukum. Mumpung ada kesempatan dan mengambil sebanyak-banyaknya. Menipu rekan sendiri, korup, memanipulasi data orang, menggelembungkan data keuangan dan sebagainya. Sifat yang ingin kaya sendiri.

4.TIDAK MEMILIKI PEMIKIRAN PANJANG

Masyarakat bangsa kita tidak memiliki pola pikir jangka panjang. Mungkin sekitar 85% dari jumlah penduduk kita. Kita perhatikan saja saat memperhatikan sampah-sampah berserakan dimana-mana. Mengolah sumber daya alam sembarangan dan semauanya. Tidak menghiraukan keadaan lingkungan sekita. Mudah dipengaruhi oleh-oleh hal-hal kecil namun sangat merusak.

5.INVERIOR KEBUDAYAAN

Bangsa kita masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai bangsa asing. Kemudian merendahkan serta menganggap rendah nilai-nilai bangsa sendiri. Produk-produk anak bangsa dianggap hal yang sangat buruk, sedangkan produk bangsa adalah produk yang jelek. Dalam tatanan etika, rujukan sosial dan berbusana orang Indonesia lebih menjunjung nilai-nilai asing. Sehingga kebudayaan dan nilai etika yang sesuai dengan kebudayaan bangsa menjadi hilang.

6.JIWA YANG TEROMBANG AMBING

Bangsa kita bangsa yang terombang ambing, seperti busa di lautan. Mungkin hal ini sama dengan pulau-pulau yang membentuk negara kita dikepung oleh lautan luas. Apa yang menjadi teras bangsa kita. Ada yang kebarat-baratan, ketimur-timuran dan diantara keduanya. Dalam kesastraan seperti film, novel, tidak dapat dikaji dengan baik. Sebab kesastraan yang tidak membentuk corak, apa itu Indonesia.

Kita dapat mengenali sebuah film, komik, novel Jepang dan cara-caranya. Kita dapat mengenali film India, Cina, Barat dengan baik, saat menonton. Disana dalam kesastraan mereka terdapat nilai dan corak yang berbeda membentuk trasnya. Dimana kita dapat mengenali negara mana asal film tersebut. Kalau film kita, kebarat-baratan tapi tidak seperti orang barat. Ketimur-timuran tapi tidak seperti orang timur.

Begitulah kira-kira keadaan jiwa bangsa kita yang terombang ambing. Tidak memiliki tras sendiri dan mandiri. Hidup dari ikut mngikuti tanpa adanya kemandirian berpikir dan berbuat. Negara hanya menjadi pasar dan selalu bertengkar sesama bangsa. Apa yang menjadi tras bangsa kita, agar tidak terombang ambing seperti ini.

7.BANYAK BERKATA TAPI TIDAK KREATIF

Penyakit yang paling buruk adalah banyaknya berkata-kata tanpa dapat berbuat banyak. Kita hidup seperti anak-anak yang mempermasalahkan layangannya yang rusak atau mainannya yang hilang. Banyak retorika dan logika-logika kosong yang kita mainkan. Sedangkan sekelompok lainnya diam mendengarkan dan mengharapkan. Tidak segan bertengkar dengan hal-hal kecil, namun tidak dapat memecahkan hal-hal yang mendasar.

Dalam Pemerintahan (eksekutif dan legislatif) kita hanya dapat melihat banyaknya seremonial-seremonial dan pencitraan-pencitraan. Dibungkus dengan kata-kata yang bagus dengan tata bahasa yang sesuai KBBI. Kemudian etika-etika berkata-kata juga dipermainkan. Namun dalam relepansi semuanya hanyalah kosong dan nol. Keindahan hanya tercatat pada kertas-kertas dan media.

Di sepanjang keseharian kita juga demikian, kita lebih banyak berkata-kata tanpa ada kreatifvitasnya. Kita dapat mengkritik pejabat tapi sampah kita buang ke sungai dan kesembarang tempat. Kita lebih suka mendiskusikan hal-hal tidak bermutu dengan semangat. Namun saat kita membicaraan kebaikan masyarakat dan bersama-sama melawan ketidak adilan kita tidak memperdulikan. Dapatkah kita menolak uang saat pemilihan umum. Dalam kampanye kita lebih memperhatikan kata-kata dan janji-janji. Namun tidak mampu menyelami apakah orang tersebut dapat memenuhi janjinya.

8.PENYAKIT SSL

Penyakit SSL adalah penyakit bangsa kita yang sudah sedikit beruang atau berkedudukan. SSL adalah singkatan dari Seks, Sombong dan Lupa Diri. Dimana orang-orang yang tadinya miskin kemudian dia sedikit cukup materi. Mulailah penyakit SSL menghinggapi orang tersebut. Penyakit ini akan menerpa yang kemudian akan membuat dirinya semenah-semena. Pada bawahan, orang-orang, dan menjadi pelaku korup.

Dimaksud dengan Seks, yaitu biasanya dirinya akan menikah beberapa kali dan mudah bercerai. Padahal keuangannya belum mencukupi untuk mengurus istri lebih dari satu. Hancur karir dan hancur keuangannya. Uang akan dia hambur-hamburkan dengan wanita-wanita baru. Sombong, dimana dia merasa sangat kaya, berkuasa, dan menilai sesuatu dengan uang. Semua dapat dibeli dan dibayar. Lupa Diri, ketika dua penyakit tersebut menghinggapi maka otomtis dia lupa diri.

Prilaku kehidupan orang ini akan boros dan tanpa tujuan. Apa yang dapat diharapkan pada orang seperti ini. Untuk kebaikan negara dan masyarakat selain merusak tatanan masyarakat. Kalau dilihat dari keadaannya, mungkin orang tersebut terhormat. Tapi dalam kenyataanya dia sama saja dengan sampah masyarakat yang berdasi. Seperti sekda Nias Utara yang pesta sabu dan memboking lima wanita sekaligus (tvone 19/06/2021).

Usahakan agar tidak mengidap penyakit SSL agar bangsa kita tidak mengalami kerugian besar. Sumberdaya manusia yang seharusnya membangun bangsa tapi justru merusak bangsa. Hal demikian terjadi dari kalangan bawah, menengah, dan atas. Penyakit ini sangat sulit dihapus, sebab menjadi inti dari hasil pendidikan dan pergaulan.

Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 19 Juni 2021.

Sy. Apero Fublic.