Jumat, 26 Februari 2021

Menjadi Manusia: Sopan Santun Pada Burung

Buletin Apero Fublic.- Burung adalah salah satu jenis hewan yang masih cukup beragam di muka bumi ini. Namun, sudah banyak juga dari jenis-jenis burung yang punah, terancam punah, dan menuju kepunahan. Bangsa unggas terdapat berbagai jenis beragam corak. Keindahan burung-burung suka mempesona dan menarik manusia untuk mengganggu.

Kelompok unggas yang cukup besar dengan daging yang sedap, membuat perburuan pada jenis lebih intensip dan berkelanjutan. Hal demikian salh satu bentuk jalan kepunahan pada jenis-jenis tersebut. Kepunahan akibat keserakahan perut, biasanya membuat jenis tersebut lebih cepat punah.

Kemudian jenis burung dengan keunikan juga bagian dari jalan kepunahan pada jenisnya. Baik itu, jenis keindahan bulu dan kemerduan suara. Keindahan bulu dapat kita contohkan pada burung merak, yang sudah diburu sejak zaman purba. Keindahan suara juga menjadi jalan kepunahan pada jenis unggas, kita contohkan pada jenis burung beo atau burung murai batu.

Di Indonesia antara tahun 1990-an kebawah jenis burung murai batu sangat mudah ditemui di hutan-hutan Indonesia. Saat berjalan-jalan di hutan belukar kita akan menemukan atau mendengar suara burung jenis murai batu. Namun, diatas tahun 1990-an ketika nilai jual burung meningkat membuat jenis burung murai terutama murai batu menjadi langkah dan menuju kepunahan.

Burung-burung dijadikan objek permainan dan perburuan tanpa mengenal batas. Sering kita melihat anak-anak atau orang dewasa menembak burung-burung dengan ketapel atau senapan angin atau air soft gun. Burung seakan menjadi kelompok musuh yang harus di serang dan dihabisi tanpa belas ampun. Menembak burung-burung seakan menjadi kesenangan yang begitu tiada taranya. Entah apa yang didapat saat mengganggu kehidupan burung.

Dalam pembahasan Menjadi Manusia kali ini, kita mempelajari sopan santun pada burung-burung atau bangsa unggas. Sering kita lupa kalau burung adalah mahluk Tuhan yang sama seperti kita. Burung-burung tidak punya salah pada kita, mereka hidup dengan dunia sendiri. Makan dari rezeki Tuhan tanpa mengganggu kehidupan kita sebagai manusia sedikit pun. Mari kita sadar, dan mempelajari dan mengajarkan bagaimana sopan santun pada bangsa burung atau unggas.

1.Apabilah sedang berjalan-jalan di hutan, di sisi desa atau dimana pun. Lalu kita menemukan sarang burung, baik sarang yang baru dibuat atau sarang yang masih ditempati burung tersebut. Jangan mengganggu sarang burung tersebut, apalagi merusaknya. Sarang burung sama halnya dengan rumah bagi kita. Alangkah sedihnya kalau rumah kita dihancurkan atau diganggu orang.

Sedangkan telur dan anak burung adalah keluarga mereka. Bagaimana seandainya anak atau keluarga kita di ambil atau diganggu orang. Tentu hal demikian sangat menyakitkan. Apabilah menemukan sarang burung dan terdapat telur burung di dalamnya. Jangan menyentuh telur tersebut, cukup dilihat dari jauh. Sebab, apabilah telur tersentuh tentu meninggalkan jejak atau bekas manusia. Bauh asing manusia akan memancing pemangsa datang atau induk burung akan meninggalkan telurnya.

2.Jangan suka berburu burung dengan berlebihan atau lebih baik tidak perlu berburu burung. Sebab kita masih memiliki banyak makanan. Apakah begitu miskin kita sehingga harus membantai burung-burung hanya untuk mengisi perut kita. Kita biarkan saja mereka hidup tenang dan tidak perlu menggangu. Tidak perlu menangkap burung untuk dipelihara atau mengambil anak burung untuk dirawat. Sebab, sebaiknya pemelihara burung adalah alam itu sendiri.

Namun dari semua itu, yang paling menghancurkan dan paling memusnakan adalah kehancuran habitat dan ekosistem hutan. Musnahnya tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan buah dan bunga-bunga dialam. Ekosistem hutam dihancurkan oleh praktik perkebunan tanpa batas dan tanpa jeda. Dimana hutan-hutan diganti dengan satu pokok tanaman saja, misalnya karet atau sawit.

Tumbuhan penghasil buah habis dan punah. Tempat berlindung dan lingkungan alam hutan burung rusak. Dari sistem perkebunan industri dan perkebunan rakyat individu telah menerapkan perkebunan satu jenis dan menggunakan pestisida dalam membasmi tumbuhan alam. Sehingga dalam perkebunan benar-benar hanya terdapat satu jenis tumbuhan.

Kalau demikian dimanakah para unggas pergi dan tinggal lagi. Kalau mereka masih hidup, dimana cadangan makanan mereka lagi. Bukan hanya itu, sebab tidak ada lagi pepohonan membuat burung-burung tidur ditempat terbuka. Senapan angin dan pemangsa dengan leluasa menerkam mereka. Sering masyarakat datang berbondong-bondong membawa senapan angin lalu memburu burung tidur diperkebunan industri.

Kalau demikian, bagaimana kehidupan bangsa unggas kedepannya. Mereka benar-benar terusir dan terzalimi oleh manusia. Sedangkan bangsa burung adalah kaum-kaum sebagaimana manusia. Tapi, seandainya manusia mau berpikir dan menjadi manusia. Tentu dapat berbuat banyak untuk para unggas. Walau membangun perkebunan dengan skalah luas atau dengan sistem perkebunan basmi.

Seharusnya, setiap sepuluh hektar lahan perkebunan. Maka sisakan satu hektar lahan hutan yang dibiarkan tetap tumbuh dan alami. Pada lahan satu hektar itu, hewan-hewan dan burung akan tinggal dan membangun sarang mereka. Begitu seterusnya, setiap sepuluh hektar sisakan satu hektar. Pada lahan tersebut dapat ditanami pohon berbuah dan berbunga untuk kelanjutan kehidupan hewan-hewan. Mulai dari reptil, unggas, serangga, primata dan tetubuhan liar.

Mari kita menjadi manusia. Berbuat baik pada burung, alam dan lingkungan juga bernilai ibadah dan mendapat pahalah di sisi Allah. Seorang yang berjuang menyelamatkan lingkungan hidup juga termasuk dalam jihad fisabilillah.

Oleh. Tim Buletin Apero Fublic
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 26 Februari 2021.

Sy. Apero Fublic

0 comments:

Posting Komentar