Apero Fublic (AF)

Apero Fublic nama usaha PT. Media Apero Fublic bidang Jurnalistik.

PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic adalah perusahaan swasta yang bergerak pada bidang Publikasi dan Informasi.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang humaniora.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas meneruskan tradisi tulis asli Sumatera Selatan.

Apero Popularity

Apero Popularity adalah produk layanan jasa pembuatan iklan dalam berbagai dimensi.

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin af

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru asli dari penulis.

Selasa, 09 November 2021

KANIBAL SOSIAL: Pemakan Manusia dalam Skalah Massa.

Buletin Apero Fublic.- Baiklah, dalam pembahasan kali kita akan membahas penyakit sosial yang kita istilahkan dengan nama kanisos (kanibal sosial). Kanibal sosial secara umum didepenisikan adalah seseorang (individu) atau sekelompok orang yang memanfaatkan situasi massa yang tidak baik, lalu melakukan penipuan publik atau sandiwara publik untuk mencapai tujuannya.

Tujuannya tidak baik dan tidak iklas. Baik itu tujuan berbentuk materi, popularitas diri dan mengarahkan isu-isu sesuai tujuannya atau tujuan kelompoknya. Kanisos juga digolongkan kedalam penyakit jiwa yang buruk. Kata kanisos diambil dari dua, yaitu kata kanibal dan sosial.

Kanibalisme sosial dalam praktiknya dimana seseorang yang ingin dirinya menjadi hebat, besar, kaya raya dan berkuasa. Lalu dalam mencapai tujuannya dia melakukan berbagai cara benar atau tidak benar dia lakukan. Cara baik-baik misalnya memberikan bantuan-bantuan sosial dengan tujuan pencitraan. Cara buruk, dirinya mengkritik sesuatu yang sedang viral sehingga dirinya dikenal.

Tidak jarang berbuat asusialah di muka umum atau menghina, rasis agar disorot media. Atau menggerakkan tim media sosial (busser) untuk mempiralkan dirinya dan untuk menyerang lawannya. Dirinya sangat manusiawi dan baik didepan kamera dan orang banyak. Di belakang dirinya begitu buas dalam mencari materi dengan cara kotor.

Pengidap penyakit jiwa kanisos biasanya menghinggapi orang-orang yang ingin tenar atau mencari popularitas diri. Seperti politisi, selebritis, tokoh masyarakat dan individu.  Penyakit jiwa ini sangat buruk dan tidak baik dilakukan. Penyebab utama dari penyakit ini si pelaku tidak memiliki kemampuan yang baik pada bidang tertentu dan tidak memiliki prestasi.

Para pengidap penyakit jiwa kanisos juga pandai memanfaatkan kesempitan dan kesulitan orang banyak. Lalu dia gunakan keadaan tersebut untuk berbuat kotor dan curang. Misalnya ada bencana dirinya memanfaatkan untuk mencari bantuan, sumbangan tapi hal tersebut dia peruntukkan dirinya dan kelompoknya.

Atau dia menyumbang untuk popularitasnya agar dikenal baik. Seperti masa pandemi virus corona ada pihak perusahaan swasta, pejabat, yang berbisnis dalam hal terkait penangganan virus corona. Begitu juga orang-orang yang mengkorupsi bantuan sosial juga termasuk pengidap penyakit jiwa kanisos.

Contoh kanisos secara individu adalah orang yang menjual diri di media sosial seperti pelacur online (pelon). Memanfaatkan orang sakit keras lalu dia ambil foto dan datanya. Kemudian dia upload di media sosial atau dia turun ke jalan meminta sumbangan.

Orang-orang yang mengeksploitasi publik dengan mengoreng isu-isu untuk memanfaatkan suasana panik, resa dan pemanfaatkan paham untuk pemilihan umum, adu domba, juga bagian dari kelompok pengidap penyakit jiwa kanibal sosial (kanisos). Coba kamu perhatikan di sekitar kamu, mungkin ada orang yang mengidap kanisos atau ada sekelompok kanisos.

Kalau kita mengetahui bagaimana zaman dahulu ada kelompok-kelompok manusia primitif yang memakan manusia atau kanibal. Sungguh kejam dan tidak berkeprimanusiaan. Tapi mereka hanya memakan satu atau dua orang manusia yang bukan dari kelompok mereka. Namun, bagaimana dizaman kita sekarang ada orang yang tega memakan banyak manusia dalam skalah massa. Tentu orang-orang tersebut lebih buas dan lebih kejam dari manusia-manusia primitif zaman dahulu.

Disusun: Tim Redaksi Apero Fublic.
Tatafoto. Rama Saputra.
Editor: Melly, Desti, S.sos. Selita, S.Pd.
Palembang, 10 November 2021.

Sy. Apero Fublic

Sukses atau Keberhasilan Standar Orang Indonesia. Sebatas Materi dan Banyak Gaya.

BULETIN APERO FUBLIC.- Standar sukses atau standar keberhasilan orang Indonesia sangat rendah dan cenderung norak. Sebab hal-hal yang dia lakukan untuk dibilang orang sukses sangat kekanak-kanakan dan bersimbol-simbol. Seperti melakukan tindakan-tindakan yang menampakkan apa-apa yang dia miliki. Hidup cenderung bergaya seakan-akan dirinya bermain sinetron.

Berikut rangkuman standar pemikiran orang Indonesia tentang sukses. Kalau kita cermati kesuksesan orang Indonesia hanya sebatas dapat materi sebanyak-banyaknya dan banyak gaya (sok).

Pertama: Mendapatkan material seperti membeli mobil-sepeda motor (kes atau kredit), menggunakan handphone terbaru, banyak perhiasan-perhiasan dan sebagainya. Dengan adanya benda-benda demikian dirinya merasa sukses. Terkadang hasil yang dia dapat dari kreditan dan kesulitan juga membayar semuanya. Kalau dipikir benda-benda tersebut barulah sebatas fasiltas hidup, bukan kesusksesan hidup.

Kedua dalam hal makan: Orang sukses itu makan-makan di tempat mahal, tidak mau makan-makanan sederhana. Kalau terkena kotor sedikit lebai minta ampun seolah-olah dirinya orang terbersih di dunia. Padahal kontek makanan bukan tempat makan, bukan rasa makanan, bukan pulah diukur dari harganya. Tetapi dinilai dari manfaat makanan itu untuk tubuh, seperti kandungan karbohidratnya dan lainnya, adakah efek samping pada kesehatan. Halal atau tidak makanannya.

Logikanya, dimana pun tempat makan; restoran atau warung yang dimakan bukan tempat tetapi makanan di dalam piring. Begitu juga sesudah makan tidak mubazir dan tidak menambah banyak limbah makanan. Bukan pulah diukur seberapa banyak yang terhidang, tapi diukur seberapa banyak yang dapat dimakan. Untuk apa berbagai makanan terhidang kalau yang dimakan hanya tetap satu piring sesuai ukuran lambung manusia.

Ketiga, boros dan tanpa perhitungan: Semua yang digunakan serba mahal dan suka hura-hura. Baju agak murah tidak mau dan dia pikir bilang malu. Padahal dahulunya juga memakai pakaian obral. Analog: Kalau merokok belum habis satu batang, baru setengah batang sudah dipadamkan di dalam asbak. Biar kalau dilihat orang dirinya tidak rakus, pikiran minta dipuji orang.

Kalau cepat habis cepat beli lagi, uang banyak katanya. Hemat berbeda dengan pelit. Hemat mengolah dengan baik keuaangan dan barang sesuai kebutuhan. Sedangkan pelit, sedikit yang dia manfaatkan tapi banyak yang dia simpan. Terkadang saat dia mendapat uang cukup tidak permanen. Karena lupa menabung dan hidup boros suatu ketika pendapatannya menurun dia jatuh miskin lagi. Kita perhatikan kehidupan glamor tokoh publik, artis, model dan lainnya. Artis berpikir bukanlah artis dirinya kalau tidak hidup glamor. Padahal masyarakat hanya menyukai orang yang berprestasi, tidak lebih.

Keempat: Bekerja dengan pakaian rapi dan memakai dasi. Kalau sudah bekerja memakai dasi dan berbaju kemeja. Maka dirinya merasa jadi orang sukses. Mulai merendahkan petani, pemulung dan kuli. Padahal beras yang dia makan membeli beras hasil tanaman petani, kuli yang mengakat dan mendistribusikan dan pemulung yang memungut sampah yang dia buang sembarangan. Kadang juga honor orang begitu per bulan pas-pasan untuk kebutuhan hidup. Apa lagi kalau hononya agak lebih semakin menganggap dirinya hebat dan sukses.

Kelima, menggunakan bahasa-bahasa asing misalnya bahasa Inggris. Orang-orang ini mencampur aduk bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Dengan demikian dirinya merasa berkelas dan terpelajar. Maka dengan demikian merasa sukseslah dirnya itu. Padahal bahasa asing untuk komunikasi dengan orang asing, untuk pergaulan internasional dan kebutuhan akademis. Dirinya malah pamer dan sok ketinggian. Orang banyak memerlukan pemahaman saat bicara. Dirinya menggunakan bahasa untuk dibilang sukses dan berkelas.

Keenam, merasa dirinya lebih tinggi dari kebanyakan orang. Dia tidak merasa membutuhkan masyarakat kebanyakan lainnya. Dalam bergaul dia memilih-milih, selain itu manusia dia berikan kelas-kelas sosial. Kalau bicara dengan orang-orang biasa seakan-akan dirinya begitu berwibawa. Sehingga dia tidak mau berkata-kata bahasan biasa-biasa saja menurutnya. Padahal dirinya juga tidak memiliki intelektual memadai. Serta tidak memiliki pergaulan sosial cukup dengan masyarakat.

Ketuju, sukses orang Indonesia “dari kata orang”. Omong besar dengan menceritakan tentang kehebatan dan kelebihannya dalam materi dan pendapatan dari kerjanya. Omongan ini cenderung dia besar-besarkan agar orang mengira dan mengakui kalau dia orang sukses. Kadang kalah orang demikian melakukan pekerjaan tidak terhormat dan tidak halal. Namun dia bersandiwara seakan dirinya orang yang terhormat. Dengan omongan-omongan bohong tersebut dia menipu masyarakat agar dibilang sukses. Maka suksesnya hayalah sebatas sukses “kata orang-orang.”

Kedelapan sombong dan egoisme, suka berbuat hal-hal buruk dan dosa. Banyak orang di negara kita meminta dibilang kaya dan sukses berbuat hal-hal buruk. Misalnya minum-minuman beralkohor, memakai narkoba, hidup sombong dan tidak mau diatur. Kadang dia memperlakukan istri, keluarga sesuka hatinya. Begitu juga dengan pekerjanya semaunya saja. Hanya karena ingin dibilang bos atau orang sukses-berkuasa.

Begitulah standar keberhasilan orang Indonesia. Tidak ada yang lebih baik dari delapan hal tersebut. Orang Indonesia tidak mengerti bagaimana menjadi manusia yang sukses. Malu menjadi manusia baik dengan visi kedepan yang bersanding dengan kemanusiaan.

Tidak menyadari kalau hidup dengan perilaku yang sederhana dan biasa-biasa saja sangatlah indah. Sukses atau sudah kaya sesungguhnya tidak perlu dengan bergaya dan meminta pengakuan publik. Sebab uang dan kekayaan tidak akan bertambah sebab hal tersebut. Walau memiliki uang bukan berarti kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan masuk otomatis kedalam kepala secara sendirinya. Sehingga merasa selalu benar dan lupa akan kematian hanya karena merasa diri sudah sukses.

Manusia sukses bukan diukur dari semewah apa dalam kehidupannya. Tapi diukur dari kebaikan dan kebijaksanaan hidup. Dimana dia dapat menjadi kaya tetapi dirinya tetap sederhana. Dapat menempakan diri dimana dia menggunakan bahasa asing dan bahasa ibu.

Dapat bergaul dengan baik dengan berbagai kalangan masyarakat.  Intinya, manusia sukses adalah manusia yang berguna bagi sesamanya. Sukses dalam materi, dimana dia dapat mencukupi hidupnya serta dapat membatu sesama. Sukses dalam kerja dimana dia dapat menyelesaikan tugas-tugas kerja dengan baik dan penuh tanggung jawab. Kalau orang Indonesia sukses dalam kerja dimana dia dapat uang sampingan seperti korupsi atau pungli.

Menurut saya, orang yang sukses adalah orang yang dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Sebagai contoh: seorang ayah sampai akhir hanyatnya dapat menjaga dan mendidik anak-anaknya. Lalu anak-anaknya menjadi manusia yang baik. Kita memulai berpikir lebih mendalam agar daya pikir masyarakat kita meningkat.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Rama Saputra.
Palembang, 3 November 2021.

Sy. Apero Fublic

Selasa, 02 November 2021

Peribahasa: Bagaikan Kedak Hulu Mudik

BULETIN APERO FUBLIC.- Peribahasa adalah ungkapan singkat yang mengandung makna mendalam, bersifat nasihat dan sindiran. Tujuan peribahasa untuk pendidikan sosial masyarakat secara luas pada suatu komunitas masyarakat yang berbentuk suku bangsa atau sebuah negara.

Di Indonesia bermacam-macam peribahasa yang diwariskan secara turun temurun nenek moyang bangsa Indonesia. Salah satu peribahasa hasil kearifan lokal dari masyarakat Melayu di Kabupaten Musi Banyuasin yang berhasil tim Apero Fublic cukup memberikan pengajaran untuk pribadi individu agar tidak lupa diri.

Pribahasa tersebut berbunyi “Bagaikan Kedak Hulu Mudik” singkat dan padat. Kalau sepintas lalu ungkapan pribahasa tersebut biasa-biasa saja. Namun apabilah direnungkan dan dicermati, memberikan pengajaran yang sangat realitas sekali terjadi pada masa dulu sampai sekarang. Menggambarkan sifat manusia secara umum dan mendasar.

Kedak nama sejenis ikan gabus atau ikan ruan. Pada masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh terutama di Desa Gajah Mati ikan kedak tidak dikonsumsi karena penduduk berkeyakinan bahwa ikan kedak berasal dari bengkarung atau kadal. Sehingga masyarakat tidak mau memakan ikan kedak. Apabila memancing ikan, kemudian yang pertama didapat adalah ikan kedak. Timbul perasaan ragu bagi si pemancing kalau dia memancing hari itu akan sial.

Ikan kedak memiliki rupa yang tidak bagus, bersisik keabu-abuan dan ada yang kemerahan dengan kepala tumpul. Sehingga rupa ikan kedak sangat tidak cantik. Bentuknya itu membuat masyarakat berpikir kalau ikan kedak benar-benar evolusi dari kadal. Ikan ini tinggal di benca dan bencani, gaung,  mata air-mata air hulu sungai. Menghuni dan tinggal di bawah semak sungai. Ikan ini mendiami sungai-sungai kecil yang sempit. Jarang sekali terdapat di sungai yang cukup besar. Oleh masyarakat ikan kedak digolongkan sebagai ikan terkutuk dan kelas rendah.

Ikan ini juga sangat menjengkelkan saat memancing. Apabilah dia sudah didapat oleh pemancing, dan si pemancing tidak mau mengambilnya. Lalu dia melemparkannya kembali ke dalam air didekat pemancing melemparkan mata kailnya. Ikan kedak yang baru saja dilempar kembali ke dalam air. Akan kembali memakan mata kail.

Berkali-kali tidak jera dan sampai akhirnya si pemancing terpaksa melemparnya ke darat atau pindah dari lokasi itu. Berbedah dengan ikan-ikan lain, apabilah sudah didapat lalu lepas maka ikan lain akan pergi dan tidak akan mengulangi memakan mata kail itu. Ikan kedak seperti tidak mengerti kalau mata kail dapat membunuhnya. Atau dia tahu kalau manusia tidak mau memakannya.

*****

Bagaiamana dengan arti pribahasa bagaikan kedak hulu mudik. Kata mudik berarti menuju ke hulu sungai. Ikan kedak termasuk ikan kuat dalam bertahan hidup. Dimusim kemarau sungai-sungai kecil akan kering kerontang. Ikan kedak tinggal di dalam lumpur di dasar sungai. Saat hujan lebat dimana pertama air memenuhi sungai-sungai. Ikan kedak muncul bergerombol dan berenang kesana kemari menuju hulu sungai. Ikan kedak sangat gembira dan menyambar serangga dan cacing yang terjatu ke dalam sungai. Sehingga tampak tilap bernafas dipermukaan air. Begitulah kiranya gembiranya ikan kedak berenang ke hulu.

Sedangkan pengertian untuk sifat manusia bermakna: Ada seorang manusia yang miskin dan termasuk orang yang tidak dihormati dan tidak dihargai masyarakat, dimana kehidupannya yang miskin dan hanya mendapat makan saja dalam kesehariannya. Beberapa waktu kemudian dia mendapat cara atau pekerjaan dimana dia dapat dengan mudah mencari uang sedikit lebih dari kebanyakan orang. Atau dia menjabat sebuah jabatan yang terhormat, misalnya Kepala Dinas pada pemerintahan Daerah, di sebuah perusahaan dan sebagainya.

Perlahan sifat orang tersebut berubah, yang tadinya tidak banyak bicara kemudian menjadi sangat banyak bicara walau hal yang dibicarakan tidak benar dan tidak penting. Merasa dirinya sangat pintar, dan meremehkan orang-orang. Suka marah-marah tidak karuan pada keluarga, pada teman yang mengikutinya atau pada bawahannya. Saat marah-marah dia menggunakan bahasa-bahasa berkelas misalnya istilah-istilah asing atau berbahasa Indonesia seperti kasir bank. Salah sedikit langsung marah sesuka hatinya.

Kadang-kadang dia mencari-cari kesalahan orang untuk marah-marah mengungkapkan kalau dirinya orang berkelas dan berkuasa. Apa-apa tidak suka dibantah dan selalu dirinya yang nomor satu. Sangat tersinggung kalau dia kalah dalam berkata-kata. Benci pada orang yang mengkritik dan tidak membenarkan perbuatannya walau dia tahu perbuatan tidak pantas. Segalah sesuatu dia anggap mudah yang diselesaikan dengan uang dan uang. Kalau makan tidak mau yang sederhana, maunya yang dilayani dengan istimewa, mahal.

Kalau makanan sederhana seperti singkong dia akan merasa jijik. Padahal dahulu sebelum mendapatkan pekerjaan dia sering memakan makanan sederhana dan di emperan. Menganggap remeh hal-hal yang sederhana, serta meminta diperlakukan secara istimewa. Dia berpikir kalau dirinya orang yang berkelas tinggi. Dia menganggap semua yang dia dapat adalah hasil kepintarannya sendiri.

Sifat orang demikianlah yang digambarkan dengan peribahasa “bagaikan kedak hulu mudik.” Yang digambarkan bagaimana dia dulu miskin dan rendahan kemudian menjadi sedikit memiliki uang: Dia diperumpamaakan seperti seekor ikan kedak yang lupa saat kemarau diaman dia hidup didalam air berlumpur. Tidak dikonsumsi oleh orang-orang. Baru setelah hujan datang dia dapat berenang dan leluasa mencari makan. Kedak lupa diri siapa dirinya. Lupa kalau hujan bukan atas usaha dirinya tapi itu rahmat dari Allah, tuhan semesta alam. Semoga kita yang miskin kemudian diberi cobaan menjadi orang berkecukupan tidak seperti peribahasa, “Bagaikan kedak hulu mudik.”

Disusun: Tim Apero Fublic.
Editor. Melly
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 2 November 2021.
Sumber: Kearifan lokal masyarakat di Desa Gajah Mati, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Pengertian Kata: Benca: Penampungan air alami yang berbentuk seperti selokan di dalam hutan tropis. Bencani: Penampungan air alami berbentuk melebar, ukuran lebar biasanya satu meter persegi atau lebih. gaung: Tempat mata air alami yang berbentuk lobang besar sehingga menyerupai mulut guwa.

Sy. Apero Fublic