Di
Indonesia bermacam-macam peribahasa yang diwariskan secara turun temurun nenek
moyang bangsa Indonesia. Salah satu peribahasa hasil kearifan lokal dari
masyarakat Melayu di Kabupaten Musi Banyuasin yang berhasil tim Apero Fublic cukup
memberikan pengajaran untuk pribadi individu agar tidak lupa diri.
Pribahasa
tersebut berbunyi “Bagaikan Kedak Hulu Mudik” singkat dan padat.
Kalau sepintas lalu ungkapan pribahasa tersebut biasa-biasa saja. Namun
apabilah direnungkan dan dicermati, memberikan pengajaran yang sangat realitas
sekali terjadi pada masa dulu sampai sekarang. Menggambarkan sifat manusia
secara umum dan mendasar.
Kedak
nama sejenis ikan gabus atau ikan ruan. Pada masyarakat di Kecamatan Sungai
Keruh terutama di Desa Gajah Mati ikan kedak tidak dikonsumsi karena penduduk
berkeyakinan bahwa ikan kedak berasal dari bengkarung atau kadal. Sehingga
masyarakat tidak mau memakan ikan kedak. Apabila memancing ikan, kemudian yang
pertama didapat adalah ikan kedak. Timbul perasaan ragu bagi si pemancing kalau
dia memancing hari itu akan sial.
Ikan
kedak memiliki rupa yang tidak bagus, bersisik keabu-abuan dan ada yang
kemerahan dengan kepala tumpul. Sehingga rupa ikan kedak sangat tidak cantik.
Bentuknya itu membuat masyarakat berpikir kalau ikan kedak benar-benar evolusi
dari kadal. Ikan ini tinggal di benca
dan bencani, gaung, mata air-mata air
hulu sungai. Menghuni dan tinggal di bawah semak sungai. Ikan ini mendiami
sungai-sungai kecil yang sempit. Jarang sekali terdapat di sungai yang cukup
besar. Oleh masyarakat ikan kedak digolongkan sebagai ikan terkutuk dan kelas
rendah.
Ikan ini juga sangat menjengkelkan saat memancing. Apabilah dia sudah didapat oleh pemancing, dan si pemancing tidak mau mengambilnya. Lalu dia melemparkannya kembali ke dalam air didekat pemancing melemparkan mata kailnya. Ikan kedak yang baru saja dilempar kembali ke dalam air. Akan kembali memakan mata kail.
Berkali-kali tidak jera dan sampai akhirnya si pemancing terpaksa melemparnya
ke darat atau pindah dari lokasi itu. Berbedah dengan ikan-ikan lain, apabilah
sudah didapat lalu lepas maka ikan lain akan pergi dan tidak akan mengulangi
memakan mata kail itu. Ikan kedak seperti tidak mengerti kalau mata kail dapat
membunuhnya. Atau dia tahu kalau manusia tidak mau memakannya.
*****
Bagaiamana
dengan arti pribahasa bagaikan kedak hulu mudik. Kata mudik berarti menuju ke
hulu sungai. Ikan kedak termasuk ikan kuat dalam bertahan hidup. Dimusim
kemarau sungai-sungai kecil akan kering kerontang. Ikan kedak tinggal di dalam
lumpur di dasar sungai. Saat hujan lebat dimana pertama air memenuhi
sungai-sungai. Ikan kedak muncul bergerombol dan berenang kesana kemari menuju
hulu sungai. Ikan kedak sangat gembira dan menyambar serangga dan cacing yang
terjatu ke dalam sungai. Sehingga tampak tilap bernafas dipermukaan air.
Begitulah kiranya gembiranya ikan kedak berenang ke hulu.
Sedangkan
pengertian untuk sifat manusia bermakna: Ada seorang manusia yang miskin dan
termasuk orang yang tidak dihormati dan tidak dihargai masyarakat, dimana
kehidupannya yang miskin dan hanya mendapat makan saja dalam kesehariannya.
Beberapa waktu kemudian dia mendapat cara atau pekerjaan dimana dia dapat
dengan mudah mencari uang sedikit lebih dari kebanyakan orang. Atau dia
menjabat sebuah jabatan yang terhormat, misalnya Kepala Dinas pada pemerintahan
Daerah, di sebuah perusahaan dan sebagainya.
Perlahan
sifat orang tersebut berubah, yang tadinya tidak banyak bicara kemudian menjadi
sangat banyak bicara walau hal yang dibicarakan tidak benar dan tidak penting.
Merasa dirinya sangat pintar, dan meremehkan orang-orang. Suka marah-marah
tidak karuan pada keluarga, pada teman yang mengikutinya atau pada bawahannya.
Saat marah-marah dia menggunakan bahasa-bahasa berkelas misalnya
istilah-istilah asing atau berbahasa Indonesia seperti kasir bank. Salah
sedikit langsung marah sesuka hatinya.
Kadang-kadang dia mencari-cari kesalahan orang untuk marah-marah mengungkapkan kalau dirinya orang berkelas dan berkuasa. Apa-apa tidak suka dibantah dan selalu dirinya yang nomor satu. Sangat tersinggung kalau dia kalah dalam berkata-kata. Benci pada orang yang mengkritik dan tidak membenarkan perbuatannya walau dia tahu perbuatan tidak pantas. Segalah sesuatu dia anggap mudah yang diselesaikan dengan uang dan uang. Kalau makan tidak mau yang sederhana, maunya yang dilayani dengan istimewa, mahal.
Kalau makanan sederhana seperti singkong dia
akan merasa jijik. Padahal dahulu sebelum mendapatkan pekerjaan dia sering
memakan makanan sederhana dan di emperan. Menganggap remeh hal-hal yang
sederhana, serta meminta diperlakukan secara istimewa. Dia berpikir kalau
dirinya orang yang berkelas tinggi. Dia menganggap semua yang dia dapat adalah
hasil kepintarannya sendiri.
Sifat orang demikianlah yang digambarkan dengan peribahasa “bagaikan kedak hulu mudik.” Yang digambarkan bagaimana dia dulu miskin dan rendahan kemudian menjadi sedikit memiliki uang: Dia diperumpamaakan seperti seekor ikan kedak yang lupa saat kemarau diaman dia hidup didalam air berlumpur. Tidak dikonsumsi oleh orang-orang. Baru setelah hujan datang dia dapat berenang dan leluasa mencari makan. Kedak lupa diri siapa dirinya. Lupa kalau hujan bukan atas usaha dirinya tapi itu rahmat dari Allah, tuhan semesta alam. Semoga kita yang miskin kemudian diberi cobaan menjadi orang berkecukupan tidak seperti peribahasa, “Bagaikan kedak hulu mudik.”
Disusun: Tim
Apero Fublic.
Editor.
Melly
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang, 2 November 2021.
Sumber:
Kearifan lokal masyarakat di Desa Gajah Mati, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten
Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Pengertian Kata: Benca: Penampungan air alami yang berbentuk seperti selokan di dalam hutan tropis. Bencani: Penampungan air alami berbentuk melebar, ukuran lebar biasanya satu meter persegi atau lebih. gaung: Tempat mata air alami yang berbentuk lobang besar sehingga menyerupai mulut guwa.
Sy. Apero Fublic
0 comments:
Posting Komentar