Selasa, 09 November 2021

Sukses atau Keberhasilan Standar Orang Indonesia. Sebatas Materi dan Banyak Gaya.

BULETIN APERO FUBLIC.- Standar sukses atau standar keberhasilan orang Indonesia sangat rendah dan cenderung norak. Sebab hal-hal yang dia lakukan untuk dibilang orang sukses sangat kekanak-kanakan dan bersimbol-simbol. Seperti melakukan tindakan-tindakan yang menampakkan apa-apa yang dia miliki. Hidup cenderung bergaya seakan-akan dirinya bermain sinetron.

Berikut rangkuman standar pemikiran orang Indonesia tentang sukses. Kalau kita cermati kesuksesan orang Indonesia hanya sebatas dapat materi sebanyak-banyaknya dan banyak gaya (sok).

Pertama: Mendapatkan material seperti membeli mobil-sepeda motor (kes atau kredit), menggunakan handphone terbaru, banyak perhiasan-perhiasan dan sebagainya. Dengan adanya benda-benda demikian dirinya merasa sukses. Terkadang hasil yang dia dapat dari kreditan dan kesulitan juga membayar semuanya. Kalau dipikir benda-benda tersebut barulah sebatas fasiltas hidup, bukan kesusksesan hidup.

Kedua dalam hal makan: Orang sukses itu makan-makan di tempat mahal, tidak mau makan-makanan sederhana. Kalau terkena kotor sedikit lebai minta ampun seolah-olah dirinya orang terbersih di dunia. Padahal kontek makanan bukan tempat makan, bukan rasa makanan, bukan pulah diukur dari harganya. Tetapi dinilai dari manfaat makanan itu untuk tubuh, seperti kandungan karbohidratnya dan lainnya, adakah efek samping pada kesehatan. Halal atau tidak makanannya.

Logikanya, dimana pun tempat makan; restoran atau warung yang dimakan bukan tempat tetapi makanan di dalam piring. Begitu juga sesudah makan tidak mubazir dan tidak menambah banyak limbah makanan. Bukan pulah diukur seberapa banyak yang terhidang, tapi diukur seberapa banyak yang dapat dimakan. Untuk apa berbagai makanan terhidang kalau yang dimakan hanya tetap satu piring sesuai ukuran lambung manusia.

Ketiga, boros dan tanpa perhitungan: Semua yang digunakan serba mahal dan suka hura-hura. Baju agak murah tidak mau dan dia pikir bilang malu. Padahal dahulunya juga memakai pakaian obral. Analog: Kalau merokok belum habis satu batang, baru setengah batang sudah dipadamkan di dalam asbak. Biar kalau dilihat orang dirinya tidak rakus, pikiran minta dipuji orang.

Kalau cepat habis cepat beli lagi, uang banyak katanya. Hemat berbeda dengan pelit. Hemat mengolah dengan baik keuaangan dan barang sesuai kebutuhan. Sedangkan pelit, sedikit yang dia manfaatkan tapi banyak yang dia simpan. Terkadang saat dia mendapat uang cukup tidak permanen. Karena lupa menabung dan hidup boros suatu ketika pendapatannya menurun dia jatuh miskin lagi. Kita perhatikan kehidupan glamor tokoh publik, artis, model dan lainnya. Artis berpikir bukanlah artis dirinya kalau tidak hidup glamor. Padahal masyarakat hanya menyukai orang yang berprestasi, tidak lebih.

Keempat: Bekerja dengan pakaian rapi dan memakai dasi. Kalau sudah bekerja memakai dasi dan berbaju kemeja. Maka dirinya merasa jadi orang sukses. Mulai merendahkan petani, pemulung dan kuli. Padahal beras yang dia makan membeli beras hasil tanaman petani, kuli yang mengakat dan mendistribusikan dan pemulung yang memungut sampah yang dia buang sembarangan. Kadang juga honor orang begitu per bulan pas-pasan untuk kebutuhan hidup. Apa lagi kalau hononya agak lebih semakin menganggap dirinya hebat dan sukses.

Kelima, menggunakan bahasa-bahasa asing misalnya bahasa Inggris. Orang-orang ini mencampur aduk bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Dengan demikian dirinya merasa berkelas dan terpelajar. Maka dengan demikian merasa sukseslah dirnya itu. Padahal bahasa asing untuk komunikasi dengan orang asing, untuk pergaulan internasional dan kebutuhan akademis. Dirinya malah pamer dan sok ketinggian. Orang banyak memerlukan pemahaman saat bicara. Dirinya menggunakan bahasa untuk dibilang sukses dan berkelas.

Keenam, merasa dirinya lebih tinggi dari kebanyakan orang. Dia tidak merasa membutuhkan masyarakat kebanyakan lainnya. Dalam bergaul dia memilih-milih, selain itu manusia dia berikan kelas-kelas sosial. Kalau bicara dengan orang-orang biasa seakan-akan dirinya begitu berwibawa. Sehingga dia tidak mau berkata-kata bahasan biasa-biasa saja menurutnya. Padahal dirinya juga tidak memiliki intelektual memadai. Serta tidak memiliki pergaulan sosial cukup dengan masyarakat.

Ketuju, sukses orang Indonesia “dari kata orang”. Omong besar dengan menceritakan tentang kehebatan dan kelebihannya dalam materi dan pendapatan dari kerjanya. Omongan ini cenderung dia besar-besarkan agar orang mengira dan mengakui kalau dia orang sukses. Kadang kalah orang demikian melakukan pekerjaan tidak terhormat dan tidak halal. Namun dia bersandiwara seakan dirinya orang yang terhormat. Dengan omongan-omongan bohong tersebut dia menipu masyarakat agar dibilang sukses. Maka suksesnya hayalah sebatas sukses “kata orang-orang.”

Kedelapan sombong dan egoisme, suka berbuat hal-hal buruk dan dosa. Banyak orang di negara kita meminta dibilang kaya dan sukses berbuat hal-hal buruk. Misalnya minum-minuman beralkohor, memakai narkoba, hidup sombong dan tidak mau diatur. Kadang dia memperlakukan istri, keluarga sesuka hatinya. Begitu juga dengan pekerjanya semaunya saja. Hanya karena ingin dibilang bos atau orang sukses-berkuasa.

Begitulah standar keberhasilan orang Indonesia. Tidak ada yang lebih baik dari delapan hal tersebut. Orang Indonesia tidak mengerti bagaimana menjadi manusia yang sukses. Malu menjadi manusia baik dengan visi kedepan yang bersanding dengan kemanusiaan.

Tidak menyadari kalau hidup dengan perilaku yang sederhana dan biasa-biasa saja sangatlah indah. Sukses atau sudah kaya sesungguhnya tidak perlu dengan bergaya dan meminta pengakuan publik. Sebab uang dan kekayaan tidak akan bertambah sebab hal tersebut. Walau memiliki uang bukan berarti kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan masuk otomatis kedalam kepala secara sendirinya. Sehingga merasa selalu benar dan lupa akan kematian hanya karena merasa diri sudah sukses.

Manusia sukses bukan diukur dari semewah apa dalam kehidupannya. Tapi diukur dari kebaikan dan kebijaksanaan hidup. Dimana dia dapat menjadi kaya tetapi dirinya tetap sederhana. Dapat menempakan diri dimana dia menggunakan bahasa asing dan bahasa ibu.

Dapat bergaul dengan baik dengan berbagai kalangan masyarakat.  Intinya, manusia sukses adalah manusia yang berguna bagi sesamanya. Sukses dalam materi, dimana dia dapat mencukupi hidupnya serta dapat membatu sesama. Sukses dalam kerja dimana dia dapat menyelesaikan tugas-tugas kerja dengan baik dan penuh tanggung jawab. Kalau orang Indonesia sukses dalam kerja dimana dia dapat uang sampingan seperti korupsi atau pungli.

Menurut saya, orang yang sukses adalah orang yang dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Sebagai contoh: seorang ayah sampai akhir hanyatnya dapat menjaga dan mendidik anak-anaknya. Lalu anak-anaknya menjadi manusia yang baik. Kita memulai berpikir lebih mendalam agar daya pikir masyarakat kita meningkat.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Rama Saputra.
Palembang, 3 November 2021.

Sy. Apero Fublic

0 comments:

Posting Komentar