Apero Fublic (AF)

Apero Fublic nama usaha PT. Media Apero Fublic bidang Jurnalistik.

PT. Media Apero Fublic

PT. Media Apero Fublic adalah perusahaan swasta yang bergerak pada bidang Publikasi dan Informasi.

Penerbit Buku

Ayo terbitkan buku kamu di penerbit PT. Media Apero Fublic. Menerbitkan Buku Komik, Novel, Dongeng, Umum, Ajar, Penelitian, Ensiklopedia, Buku Instansi, Puisi, Majalah, Koran, Buletin, Tabloid, Jurnal, dan hasil penelitian ilmiah.

Jurnal Apero Fublic

Jurnal Apero Fublic merupakan jurnal yang membahas tentang humaniora.

Majalah Kaghas

Majalah Kaghas meneruskan tradisi tulis asli Sumatera Selatan.

Apero Popularity

Apero Popularity adalah produk layanan jasa pembuatan iklan dalam berbagai dimensi.

Apero Book

Apero Book merupakan toko buku yang menjual semua jenis buku (baca dan tulis) dan menyediakan semua jenis ATK.

Buletin af

Buletin Apero Fublic merupakan buletin yang memuat ide-ide baru dan pemikiran baru asli dari penulis.

Rabu, 27 Juli 2022

Pendidikan Berbudaya Pada Masyarakat

BULETIN APERO FUBLIC.- Masyarakat kita telah kehilangan pegangan sosial dan berada dalam disrupsi kebudayaan sendiri. Nilai-nilai tata susilah semakin kendur dan masyarakat menjadi liar atau tidak terarah. Masyarakat mencari sendiri bagaimana berkreasi dan bersikap. Hal demikian disebabkan karena banyaknya pengaruh dari luar yang datang melalui teknologi informasi dan komunikasi. Masyarakat cenderung meniru dan mengikuti apa yang mereka jumpai dan dilihat. Berjumpa dengan yang baik dia akan menjadi baik, dan berjumpa dengan buruk mereka menjadi buruk. Celakanya, mereka tidak lagi mengkritisi hal tersebut tetapi langsung mengikuti.

Pemerintah dan masyarakat akan sangat rugi apabila timbul kerusakan budaya asli. Dimana nilai-nilai kehidupan sosial sangat diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Kita salah kalau menilai kesejahteraan itu dari materi. Betapa banyak orang yang berlimpah materi namun justru kehidupannya rusak dan tidak beretika.

Gambaran kesejahteraan dimana masyarakat dapat hidup harmonis, saling menghormati dan menghargai, memiliki filosofi kehidupan yang baik. Kalau kita melihat kehidupan petani yang sederhana namun sejahtera. Hal demikian disebabkan jalan pikiran dan lingkungannya yang baik. Kalau lingkungan sosial dirusak oleh pengaruh-pengaruh buruk, maka kesejahteraan akan hilang.

 

Dalam Seni

Pendidikan dalam seni sangat diperlukan pada masyarakat kita. Mengingat derasnya arus pengaruh budaya-budaya yang tidak sesuai budaya Indonesia. Dimana norma-norma susilah yang telah diabaikan. Misalnya seorang biduan yang berbusana mini, lalu bergoyang di hadapan orang-orang tua, dihadapan anak-anak secara langsung tanpa rasa malu. Pada masyarakat kita berpendapat kalau seorang biduan memang harus demikian. Harus fullgar, agresif, agar dianggap lincah sekaligus mendapat predikat pengakuan sebagai, biduan.

Seharusnya masyarakat menyadari kalau kita orang Timur. Dimana budaya Timur selalu berlandaskan etika kesopanan dan wanita yang terhormat. Misalnya seni-musik kita yang selalu berlandaskan moral-moral kesopanan. Sebagaimana kesastraan lama kita yang selalu berfungsi sebagai nasihat, hiburan dan pendidikan. Begitu juga hendaknya hal-hal yang kita lakukan sekarang, saat berkreatifitas dalam bidang seni dan budaya. Haruslah memiliki fungsi-fungsi pendidikan. Bukan hanya berfungsi sebagai hiburan saja.

Nah, ketika seorang wanita yang ingin berprofesi sebagai biduan atau pelaku seni bidang tarik suara lainnya. Tidak perlu berpakaian norak dan mini. Karena dalan dunia seni tarik suara yang menjadi aset adalah suara (Vokal). Maka yang dipantaskan dan dilebihkan yaitu, suara. Hal demikian perlu kita berikan sebuah pendidikan pada masyarakat kita. Bukan hanya seni, tapi semua pada bidangnya.

 

Dalam Budaya

Dalam budaya kita sangat terpukul dengan keadaan masyarakat penerus kita. Dalam etika seorang anak terhadap orang-orang tua. Cara berbusana sampai tata cara berkreatifitas diri. Ada yang ke barat-baratan, ada yang ke korea-koreaan dan sebagainya.

Kemudian dalam hal berpakaian dimana anggapan masyarakat kalau pakaian tertutup dianggap pakaian orang lama, pakaian kuno, atau pakaian tradisonal. Timbulah paham kalau pakaian yang ketat dan terbuka adalah pakaian kekinian. Maka, pendidikan bidang budaya-busana merujuk pada nilai moral kita sebagai orang Melayu-Indonesia. Pakaian bukan hanya busana untuk dilihat, tapi sarana menutupi aurat. Melindungi tubuh dari kejahatan seks, kotoran, sinar matahari, dan mencegah pikiran buruk laki-laki.

Budaya kebersamaan juga perlu di tingkatkan. Dimana sekarang kita telah tumbuh menjadi masyarakat yang homogen. Banyak kelompok masyarakat terbentuk dan tersebar. Budaya musyawarah dan saling pengertian dikembangkan agar mengecilkan potensi konflik masyarakat. Hal demikian kita petik dari leluhur kita yang suka makan siri-pinang saat bermusyawara.

Dalam berbagai budaya dan sosial masyarakat perlu diadakan pendidikan. Pendidikan kebersihan, pendidikan hukum agar mereka tidak dibodohi tetantang hukum. Pendidikan berkendaraan, tentang pajak, dan penerimaan informasi. Apa pun jenisnya, masyarakat memerlukan pendidikan kebudayaan agar mereka dapat berjalan dengan baik. Pendidikan ibarat lampu dalam kegelapan.


Asimilasi dan Penyesuaian

Asimilasi dan Penyesuaian adalah bentuk usaha pendidikan kebudayaan dan pendidikan apapun, sehingga dapat mengarahkan masyarakat berseni dan berbudaya yang baik. Sebagai contoh misalnya musik rok yang dikenal dengan pakaian ekstrim, gaya rambut yang aneh, dan badan penuh tato, bertindik. Tentu saja dalam hal musik rok yang dikenal menurut budaya Barat. Tapi kita dapat memberikan penyesuaian dengan budaya kita. Musik dan lirik tetap sama, tapi berpenamfilan pantas bagi personilnya bukan kesalahan. Sedangkan lagunya juga lagu yang baik. Asimilasi dan penyesuaian inilah yang perlu di perkenalkan pada masyarakat. Jangan hanya meniru dan menerima mentah-mentah saja apa yang dilihat dan di dengar. Jangan beranggapan kalau tidak demikian, bukan musik rok.

Selain itu, penggalian nilai-nilai budaya masyarakat perlu dilakukan. Lalu disesuaikan dengan zaman sekarang. Perlu kita memulai semua itu, sebelum kita kehilangan jati diri bangsa kita. Pendidikan tersebut bukan hanya dari pendidikan formal. Tapi dapat melalui kesastraan, seperti film, dongeng, teater, media sosial dan lainnya.

Oleh karena itu, perlu adanya wadah pelatihan seni-budaya, misalnya sanggar seni masyarakat, dan penyebaran ilmu-ilmu budaya secara luas. Informasi-informasi seni-budaya asli, cara-cara berbudaya yang baik, dan ilmu seni-budaya. Tentu juga hal-hal demikian perlu didukung dengan publikasi, penelitian, pelatihan dalam seni budaya. Yang perlu diwaspadai seni-budaya yang memberikan dampak buruk pada kehidupan sosial-masyarakat kita dalam jangka panjang.

Opini ini sedikit gambaran bagaimana kita merumuskan penataan sosial bangsa kita. Tentu masih banyak kekurangan dalam penyempaian. Namun dalam intinya, pendidikan seni-budaya pada masyarakat itu diperlukan. Baik itu dari penggalian budaya asli, penerimaan budaya asing. Sebaiknya diolah dan sesuaikan dengan jiwa bangsa kita.

Disusun: Tim Apero Fublic
Palembang, 10 Juli 2022.
Editor. Arip Muhtiar, S.Hum
Tatafoto. Dadang Saputra

Sy. Apero Fublic

Jumat, 22 Juli 2022

PUNDEN BERUNDAK: Membangun Komplek Perumahan dan Menata Masa Depan Masyarakat Sejahtera.

BULETIN APERO FUBLIC.- Selama ini, kehidupan kita hanya ditata secara seperlunya saja. Begitu juga pada bidang pembangunan Perumahan Rakyat. Pada masa awal perumahan rakyat dibangun dengan batako dan kebanyakan menimbun rawa-rawa di sisi jalan atau pinggiran perkotaan. Lantai dengan sedikit menaburkan pasir dan semen, lalau beberapa waktu kemudian lantai mulai rusak dan hancur.

Atap dibuat dari asbes dan kaca polos tiga mili untuk kacanya. Kemudian jadilah perumahan yang dijual ke bank. Masyarakat yang kepepet akhirnya mengkredit rumah tersebut dan berdiam di dalamnya. Lalu membayar sampai puluhan tahun, dengan tujuh kali lipat harganya. Suatu ketika PBB pernah mengatakan kalau perumahan rakyat Indonesia mirip kandang ternak babi. Tapi sekarang beruntung (2022) sudah ada perubahan dalam cara membangun perumahan rakyat. Sehingga keadaan menjadi sedikit lebih baik.

Setiap perumahan rakyat itu, dibuatlah parit seadanya sebagai pelengkap, tanpa memikirkan kepentingan drainase. Sehingga tidak tahu air hujan dan limba rumah tangga akan mengalir kemana. Parit atau selokan kemudian mengendap dan menggenanglah air hitam kotor. Sampah menumpuk karena tidak dapat hanyut. Dari parit itu, timbullah sarang jentik nyamuk yang tidak pernah kering. Maka muncullah bencana baru yaitu wabah dengan Demam Berdarah.

Dari tahun 1968 sampai 2009 menurut WHO (World Health Organization) Indonesia negara tertinggi di Asia Tenggara dengan kasus DBD tertinggi (buletin.kemenkes). Timbul kampanye 3M (Menutup, Menguras dan Menimbun atau menghancurkan). Hal demikian sampai sekarang menjadi jurus andalan pemerintah. Penyemprotan dengan asap, yang terkadang oknum petugas juga meminta uang pada masyarakat. Masyarakat jadi malas, asap mengepul sementara jentik nyamuk terus ada.

Hal demikian seharusnya tidak terjadi kalau pihak pengembang dan pemerintah melakukan perbuatan secara semestinya. Penataan lingkungan perumahan dapat menerapkan sistem punden berundak. Komplek tingkat pertamah lebih tinggi lokasinya dengan drainasenya. Dapat dengan menimbun lahan. Kemudian tingkat kedua lebih rendah dan dengan drainasenya. Kemudian tingkat ke tiga lebih rendah dengan drainasenya.

Dari pertama-sampai ke tiga drainase airnya akan mengalir lancar. Bidang perumahan tingkat ke tiga juga harus lebih tinggi dari tanah dasar agar saluran air mengalir lancar ke selokan induk. Demikian, aliran air dari tiga tingkatan komplek perumahan mengalir deras, tidak mengendap. Pada tanah dasar, ujung drainase dibuatlah bak-bak penampungan penyuling air limbah rumah tangga. Kemudian barulah air dialirkan ke sungai, kanal atau gorong-gorong. Sehingga limbah tidak mencemari sungai-sungai lagi.

Permasalahan kemudian muncul adalah sampah masyarakat. Masyarakat kota yang selalu sibuk kemudian melempar sampah mereka ke sembarangan tempat. Misalnya ke pinggir jalanan dan  ke dalam sungai-sungai sekitar. Menggununglah sampah yang tidak terkendali, lingkungan rusak dan sungai mulai tertimbun. Pada masa berikutnya timbul banjir yang tidak terkendali. Permasalahan sampah ini seharusnya tidak terjadi kalau pihak pengembang membangun sebuah bank sampah dan bekerja sama dengan dinas terkait. Bank sampah dikhususkan untuk perumahan masyarakat yang dia kembangkan.

Permasalahan ketiga adalah tempat keramaian. Seharusnya dalam bidang komplek adanya bidang usaha untuk tempat keramaian. Bangunan gedung serba guna, dimana masyarakat dapat memanfaatkannya untuk tempat olah raga, kegiatan mereka dan hajatan, tempat PEMILU. Yang paling sering kita temui, dimana masyarakat memotong jalan untuk membangun tenda hajatan mereka. Gedung tersebut akan sangat berguna dan menjadi pendapatan komplek mereka juga.

Tempat ibadah juga haruslah di perhatikan. Rumah ibadah dibangun atas dasar hukum sesuai ketentuan pemerintah dan memperhatikan masyarakat mayoritas. Pembangunan berasaskan musyawarah dan kebersamaan. Dengan mencakup unsur-unsur tersebut dapat memenuhi kesejahteraan masyarakat dalam masa yang akan datang. Menata lingkungan sosial masyarakat sekaligus memelihara alam kita.

Sangat sulit dalam hal ini. Namun semua dapat diusahakan agar kehidupan kita lebih baik. Bangsa maju, rakyat sejahtera dan lingkungan terjaga. Dengan demikian kita dapat menjadi manusia yang sebenarnya.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Arip Muhtiar, S.Hum
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 17 Juli 2022.

Sy. Apero Fublic

Tes: Alasan Dalam Menyingkirkan Secara Formal

BULETIN APERO FUBLIC.- Tes itulah istilah kita dalam menghadapi takdir kita, untuk memulai sesuatu. Dari memulai masuk dunia pendidikan, kita akan menemukan yang namanya, Tes. Misal dari SMP mau masuk ke SMA tertentu kita mengawali dengan Tes. Masuk Perguruan Tinggi kita juga melalui tes.

Masuk kerja di suatu instansi pemerintah atau perusahaan swasta kita akan melewati serangkaian tes. Untuk menjadi PNS, juga akan melewati serangkaian tes. Untuk lolos dalam pendidikan akhir kita juga melewati serangkaian tes.

Demikianlah, cerita kehidupan kita ditentukan oleh rangkaian tes dan tes. Banyak juga yang menyebut ujian atau pengukuran kemampuan seseorang. Sehingga dia dapat diterima, ditolak atau memenuhi standar dalam kerja dan dunia pendidikan. Karena memang ada hal-hal yang memerlukan kemampuan, yang cukup pada bidangnya.

Namun percaya atau tidak Tes yang diselenggarakan adalah cara formal untuk menyingkirkan. Pada takaran tertentu tes memang pantas dilakukan. Namun ada titik tes juga dimanfaat oleh oknum dalam mencari keuntungan dan penyingkiran.

Misalnya, sebuah perusahaan membuka usaha di sebuah daerah. Untuk membatasi penerimaan warga setempat dapat disingkirkan dengan Tes. Begitu juga dalam pengurangan dan pencekalan dapat menggunakan Tes. Di sisi lain, penyalagunaan Tes juga tidak menutup kemungkinan, serta adanya permainan.

Kita akan memberikan perumpamaan dalam pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) juga dilakukan rangkaian Tes. Tentu dalam rangkaian tes pembuatan akan banyak menemui kendalah sebab hampir masyarakat tidak menguasai materi tes. Misalnya ada tes jalan seperti jalan sirkuit, timbul pertanyaan kita apakah jalan raya kita sama berlikunya dengan sirkuit balapan motor. Maka disanalah akan menemui kesulitan dan jalan buntu.

Apabilah kita renungkan tes memang diperlukan, misalnya untuk Perguruan Tinggi Negeri dalam membatasi kuota dan meningkatkan mutu belajar. Begitu juga saat penerimaan PNS juga memerlukan kemampuan yang cukup. Dalam kemampuan tingkatan tertentu dalam dunia pendidikan dan penerimaan abdi negara berarti memerlukan standar Tes. Kelompok ini kita masukkan golongan A.

Tapi tes tidak diperlukan bagi Perguruan Tinggi yang kekurangan mahasiswa. Walau kadang dilakukan juga untuk formalitas saja. Begitu juga untuk security sebuah perusahaan. Asal memenuhi syarat dapat diterima. Kelompok ini kita masukkan golongan B.

Kita masuk ke contoh kedua dalam bidang sosial kemasyarakatan dalam menggunakan kendaraan. Misalnya pembalap Formula E, Moto GP, Pilot pesawat, kapten kapal laut, masinis kereta api mereka adalah kelompok pengendara yang sudah melalui pendidikan. Maka mereka tidak memerlukan lagi pendidikan dalam mengendarai. Golongan ini kita masukkan pengendara golongan A. Mereka memerlukan tes untuk kelulusan sebab untuk mengukur keberhasilan pendidikan mereka.

Bagaimana dengan masyarakat umum yang belum mendapatkan pendidikan dalam mengendarai. Maka mereka akan buta dengan pengetahuan dalam mengendarai. Golongan ini kita masukkan kedalam golongan B. Oleh karena itu, mereka membutuhkan pendidikan tentang mengendarai. Tidak sesuai kalau mereka disuguhkan tes saat membuat SIM. Pendidikan singkat yang dibutuhkan mereka. Seperti pendidikan bagaimana rambu-rambu lalulintas, keterangan surat-surat, dan tentang pajak.

Kesimpulannya, Tes itu diperlukan bagi yang memiliki kompetisi dan memerlukan kecakapan cukup (Golongan A). Untuk yang tidak memerlukan kompetisi dan kecakapan khusus (golongan B), Tes tidak diperlukan maka lakukan pendidikan.

Begitulah keadaan kita dalam menjalani kehidupan ini. Tidak dapat lepas dari dominasi Tes. Contoh-contoh yang dieksperimenkan tidak dimaksudkan untuk mengkritik atau mendiskreditkan pihak tertentu. Tapi hanya sebatas gambaran atau objek penjelas artikel, tentang Tes.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Joni Apero
Palembang, 14 Juni 2022.

Sy. Apero Fublic

Senin, 18 April 2022

Dengan Nilai Murni: Membangun Ulang Pendidikan Indonesia.

BULETIN APERO FUBLIC.- Dunia pendidikan kita sangat buruk sekali. Jangankan membangun manusia-manusia kuat dan memajukan pola pikir masyarakat. Untuk menghancurkan pemikiran tahayul atau pemikiran tidak rasional saja pendidikan kita tidak mampu. Hasil dunia pendidikan kita hanyalah ijazah dan honor pengajar.

Kelemahan pendidikan kita kemudian datang dari bisnis pendidikan. Sehingga kehilangan tujuan pendidikan untuk mencerdaskan bangsa, kemudian menjadi keuntungan yayasan (sekolah-Perguruan Tinggi). Demi kebaikan tempat pendidikan milik mereka, maka akan menaikkan bayaran, membangun gedung, kemudian dihiasi dengan seragam-seragam. Para orang tua akan dihibur dengan nilai-nilai dan dibanggakan dengan akreditasi yang dilabeli ungulan-unggulan. Masyarakat kita kemudian membaggakan nama dan poluritas sekolah anak mereka. Lupa dengan hasil pendidikan, seperti kecerdasan berpikir dan kecerdasan emosional.

Dengan memberikan nilai murni pada semua lulusan dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi akan menghilangkan pengejaran asal lulus dan tidak menjadikan nilai sebagai tujuan. Nilai mata pelajaran yang tertulis dan dan lembar ijazah telah menghilangkan tujuan dari pendidikan itu.

Saat pulang ke rumah, anak didik akan menunjukkan rapot dan ijazah mereka. Saat diberikan nilai murni maka orang tua mereka akan tahu kemampuan anak mereka. Mereka juga tahu pelajaran apa yang anak mereka kuasai. Sehingga mereka akan memberikan perhatian. Kalau anak lemah dalam bahasa asing, orang tua akan memberikan pendidikan luar sekolah pada anaknya. Pada nilai anaknya yang baik orang tuanya tahu apa yang menjadi jatidiri anaknya. Misalnya anaknya baik pada nilai seni dan muatan lokal. Orang tua mungkin akan memasukkan anaknya kursus seni, dan kuliah mengambil jurusan yang berkaitan dengan seni. Maka anak tersebut tidak bermasalah kalau nilai fisika dan biologinya nol.

Selama ini dunia pendidikan kita hanya memperhatikan nilai-nilai di atas kertas. Mereka menambah nilai-nilai siswa agar mencapai yang ditargetkan sekolah atau pemerintah. Menyenangkan orang tua dan mengelabui dunia pendidikan. Bukan hanya pemberian nilai tidak murni. Secara diam-diam sekolah membayar tim akreditasi untuk meningkat akreditasi sekolah mereka. Lalu dengan bangga mereka berkata sekolah kami akreditasi A. Pemerintah pusat juga menargetkan nilai dengan rata-rata tertentu untuk lulus.

Target nilai dari pemerintah sangat menyulitkan tenaga pendidik. Mereka yang berhadapan dengan anak-anak didik atau mahasiswa yang malas. Saat diajarkan batas pemikiran mereka tidak dapat mencapai mata pelajaran karena rendahnya tingkat kecerdasan siswa dan mahasiswa. Dengan demi kian, mau tidak mau para pendidik harus membantu nilai mereka agar lulus serta memenuhi nilai target pemerintah. Kalau tidak nilai anak didik mereka menjadi jebol, mereka akan dianggap tidak mampu mendidik.

Nilai murni yang dimaksud adalah nilai yang di dapat oleh pelajar dan mahasiswa secara mandiri dan hasilnya sendiri tanpa di bantu oleh tenaga pengajar saat mengisi rapor atau ijazah. Nilai diberikan sesuai kemampuan siswa atau mahasiswa. Mereka mendapatkan nilai nol tulis nol, berapa hari tidak masuk tulis berapa hari, bagaimana perilaku mereka tulis sebagai keterangan. Sehingga rekam jejak pendidikan mereka akan terlihat murni.

Nilai murni tersebut akan memberi tahu orang tua mereka bagaimana kemampuan dan kelakuan anak mereka. Kemudian rapot dan ijazah akan digunakan untuk masuk sekolah lanjutan dan pihak sekolah mengetahui kemampuan anak tersebut. Saat bekerja riwayat rapot dan ijazah juga berguna memberikan rekam jejak hasil pembelajaran mereka. Bagi yang ingin nilai baik hendaklah dia berusaha dengan belajar sungguh-sungguh. Keadaan juga akan adil, dimana hasil belajar yang sungguh-sungguh dan yang tidak akan tampak. Orang tua mereka akan memberikan dukungan untuk memperbaiki anak mereka. Sehingga pendidikan tidak hanya dibebankan pada tenaga pengajar saja.

Seharusnya, jangan pihak sekolah atau pemerintah yang menentukan minimum angka kelulusan. Tapi pihak penerima kerjalah seharusnya memberikan target nilai agar dapat diterimah di tempat bekerja mereka. Dukung dengan hukum dan gabungkan nilai dengan ijazah sehingga pihak penerima tenaga kerja tahu seperti apa kwalitas anak tersebut atau seperti apa kwalitas mahasiswa tersebut. Naikkan dan luluskan disetiap tahun walau nilai mereka nol semuanya.

Oleh. Joni Apero
Editor. Tim Apero Fublic.
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 17 April 2022.

Sy. Apero Fublic

Mencari Ruh Dalam Sistem Pemerintahan

Buletin Apero Fublic.-  Dalam sebuah pemerintahan hendaklah kita memiliki jalan yang lurus dengan satu tujuan. Mari kita meninjau jalannya sistem pemerintahan kita dan bagaimana kebijakan pemimpin dalam transisi pemerintahan. Selama ini jalan pemerintahan kita mengambang dan tidak teratur. Di berbagai posisi dan tempat. Sebagai contoh, lain menteri pendidikan lain pula kebijakan, semua diubah-ubah sesuai selerah. Pada masa awal sistem ujian sekolah diawasi sesama sekolah di daerah. Kemudian diubah menjadi ujian nasional. Kemudian ujian nasional dihilangkan lagi. Kemudian entah apa lagi yang akan dilakukan pemerintah. Yang diperbuat pemerintah sebatas permasalahan ujian. Tetapi tetap tidak memperbaiki kwalitas hasil pendidikan serta tidak memperhatikan bagaimana mendidik siswa-siswi.

Dari kebijakan-kebijakan yang terus berubah-ubah. Mungkin mencari yang terbaik atau apa. Tapi perubahan yang tidak berkesinambungan dan tidak ada pengembangan pengetahuan dalam bidang itu. Tentu sangat mengganggu perkembangan dunia pendidikan dan perbaikan mutu pendidikan. Begitu juga dalam pemerintahan, dimana banyak kebijakan-kebijakan yang tidak karuan akan membuat jalan pertumbuhan kemajuan terganggu. Rezim yang satunya membuat program, rezim selanjutnya membatalkan dan membuat program baru. Bergitu terus menerus sehingga tidak tampak hasil kerja pemerintah. Kita ibaratkan dengan menanam pohon pada satu lobang, kalau kita selalu mengganti-ganti pohon tersebut maka tanaman kita tidak akan tumbuh besar dan berbuah.

Dalam pertahanan zaman Orde Lama bekerja sama dengan Rusia. Orde Baru yang oposisi pada Orde Lama memberhentikan kerja sama dengan Rusia dan bekerjasama dengan Amerika Serikat. Kemudian kita di embargo oleh Amerika Serikat dan kembali lagi ke Rusia membeli pesawat zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sekarang di zaman Presiden Jokowidodo kita membeli pesawat Rapale dari Perancis. Mungkin tidak lama lagi pesawat itu juga di embargo sekutu dengan alasan apa saja, misalnya Indonesia melanggar HAM. Setelah itu, kita kemana lagi? Apa lagi?. Kita sibuk begitu-begitu saja.

Di Amerika Serikat walau kepemimpinan pemerintahan bukan otokrasi. Tapi mereka menggunakan dua partai, Demokrat dan Republik. Walau presiden dipilih setiap empat tahun sekali. Namun tetap berasal dari dua partai tersebut. Sehingga jalan pemerintahan tetap pada rel yang mereka gariskan. Yang Republik sesuai dengan haluan politik mereka dan yang Demokrat sesuai dengan haluan politik Demokrat. Kedua partai tersebut hanya berfungsi sebagai oposisi dan pemerintahan. Tidak ada lagi pertarungan ideologi, pertentangan paham dalam pemerintahan.

Kembali ke Indonesia, bagaimana jalan politik dan pemerintahan kita. Negara kita memiliki banyak partai-partai politik. Semua memiliki tujuan dan kepentingan sendiri-sendiri. Membawa paham-paham sendiri dengan jalan yang mengambang. Kita tidak memiliki satu visi untuk kemajuan bangsa. Sepanjang jalan pemerintahan yang terjadi hanyalah kontes perebutan kursi dan pengaruh. Setiap pemenang pemilu hanya menjadi alur dimana jalannya rezimnya, sebatas rezimnya, dan sebatas ambisinya. Sementara partai yang lainnya sibuk dengan keinginanan mereka, entah berjuang untuk kelompok mereka, untuk ideologi atau untuk menekan yang lainnya. Tampak sekali kalau sistem pemerintahan kita seperti anak remaja yang baru lulus SMA. Bingung tidak tahu mau apa, kadang begini, kadang begitu dan berambisi pada segalah hal. Namun semua yang dikerjakan tidak ada yang selesai. Ingin tampil baik, ingin terlihat dewasa, ingin berjuang, tapi tidak mengerti harus bagaimana. Ibarat seorang laki-laki dia belum selesai dengan dirinya.

Lalu bagaimana dengan sistem otokrasi seperti di Rusia, Turki, Cina. Negara mereka memiliki kemajuan dan kemandirian bernegara dengan sistem pembangunan berkelanjutan. Punya jatidiri yang kuat dan ketentuan yang tetap. Sehingga setahap demi setahap negara merangkak maju. Di Rusia, Turki, Cina terbentuk jalan yang jelas. Misalnya Cina yang komunis, walau presiden terus di pilih dan berganti namun tujuan partai tetap. Di Amerika Serikat walau presidenya dipilih setiap empat tahun sekali. Tapi yang memiliki ketetapan adalah jalan partai. Amerika Serikat dalam sistem pemerintahannya adalah otokrasi partai atau demokrasi wajah. Di negara-negara monarki seperti Malaysia, Arab Saudi, Qatar, UEA keadaan ekonomi dan kemajuan negara lebih baik. Karena sistem mereka berkelanjutan dalam pembanguan sosial, ekonomi, teknologi dan sebagainya.

Kita Indonesia tetap dalam demokrasi kita sekarang. Demokrasi yang bagaimana yang kita mimpikan itu, entahlah. Apa yang kita lakukan sekarang, program apa, sehingga akan berbuah pada masa depan. Pajak dan pendapatan negara kita dijadikan APBN. Kemudian disalurkan dalam pembangunan-pembangunan. Lalu dikorek dan di bagi-bagi. Semuanya terus demikian dan berlanjut. Sumber daya alam terus berkurang, penduduk terus bertambah. Apa yang terjadi pada masa selanjutnya kalau kita hanya sebatas itu. Kita berputar-putar di dalam tempurung.

Dengan demikian, yang perlu kita lakukan adalah mencari ruh dari sistem pemerintahan kita. Kita harus memiliki mesin di belakang yang kuat. Yang terus menerus berputar dan mendorong negara kita agar maju bergerak. Jangan kita terus menjadi boneka zaman yang dipermainkan arus dunia terus menerus. Membentuk suatu kesepahaman tujuan yang berkelanjutan untuk mengarahkan negara kita. Kita semestinya merumuskan langkah demi langkah dalam pembangunan bangsa kita. Agar kita memiliki hasil dan nilai yang terus bertambah. Teknologi yang terus berkembang setahap demi setahap. Ekonomi dan pembangunan yang terus berjalan.

Salah satu hal yang seharusnya kita sesalkan dalam transisi pemerintahan Orde Lama dengan Orde Baru. Masa Orde Lama saat kepemimpinan Presiden Soekarno telah memulai program pemindahan ibu kota negara. Namun pada masa Orde Baru dalam pemerintahan otoriter Presiden Soeharto program pemindahan ibu kota negara tidak dilanjutkan. Seandainya program pemindahan ibu kota baru dijalankan sedikit demi sedikit tentu sekarang kita akan mudah memindahkan ibu kota. Bagaimana Presiden Jokowidodo memulai dari nol pemindahan ibu kota. Selain kesulitan danah untuk pemindahan sekaligus, ditambah para oposisi yang menentang dan mengkritisi. Pekerjaan itu terus bertambah sulit. Sementara Jakarta terus bertambah padat, dan kerusakan lingkungan yang parah.

Bukan hanya pada sistem pemerintahan pusat, tapi juga pada sistem pemerintahan daerah di Kabupaten Musi Banyuasin misalnya. Pada masa kepemimpinan Bupati Alex Noerdin telah banyak membangun infrastruktur olah raga. Diantaranya sirkuit balap sepeda motor dan lapangan terbang layang. Oleh bupati penerus beliau kedua infrastruktur tidak di urus, terbengkalai. Hanya karena bentuk oposisi dan lawan politik. Bagaimana seandainya sirkuit dan bandar terbang layang dikembangkan terus. Sirkuit dijadikan kelas nasional dan bekas landasan pacu terbang layang dijadikan bandara, lokal dan nasional. Kalau dibiarkan saja sebagaimana sekarang akan membuat bangunan hancur dan mubazir. Dalam perjalanan keduanya, pengganti Bupati Alex Noerdin telah wafat dan Bupati Alex Noerdin pensiun. Dari hasil kontes politik mereka hanya menyisakan kerugian pada bangsa dan rakyat. Kalau sudah demikian apa gunanya lagi darik pekerjaan mereka. Hal-hal demikian baiklah kita hindari agar tidak membuat kesia-siaan.

Oleh karena itu, mari kita temukan ruh pemerintahan kita yang berkesinambungan, agar bangsa kita maju. Untuk menjadi sebuah negara maju kita tidak bisa mencapainya dalam waktu singkat. Dalam satu masa kepemimpinan atau dalam sebuah rezim. Apa lagi kalau kita bergantung dari APBN saja. Siapapun presidennya dan apa saja kebijakannya tidak akan lebih dari kepemimpinan sebelumnya. Kalau masa presiden Jokowi anggaran pemerintah 1000 triliun seumpamanya. Kemudian berganti presiden yang lain misalnya dan anggaran masih 1000 triliun dalam setahun. Tentu yang dapat dilakukan tidak jauh-jauh dari yang dijalankan presiden sebelumnya. Kemajuan itu bertahap, setapak demi setapak. Harus ada kesinambungan program, kesinambungan pembangunan, kesinambungan pengetahuan dan lainnya. Walau pun dalam praktik politik kampanye politik berseberangan. Dalam program dasar pembangunan tetaplah sepaham dan berkelanjutan. Lalu apa ruh pemerintahan dan bagaimana pulah mesin penggerak itu?. Itulah pekerjaan kita yang harus kita temukan.

Oleh: Andi Sahalah
Editor. Tim Apero Fublic
Palembang, 18 April 2022.

Sy. Apero Fublic

Selasa, 01 Februari 2022

Memahami Simbol-Simbol Dalam Masyarakat Islam: Simbol Islam dan Simbol Ketaqwaan.

BULETIN APERO FUBLIC.- Kita kaum muslimin dizaman sekarang masih terjebak oleh simbol-simbol yang menutup pandangan kita terhadap sesuatu keimanan yang ikhlas dari hati. Memang sulit lepas dari simbol-simbol tersebut. Sebab kurangnya pemahaman masyarakat Islam kita tentang ilmu pengetahuan keislaman. Dari ilmu syariat, budaya Islam, sejarah Islam Itu disebabkan malasnya belajar terutama mengkaji Al-Quran dengan artinya.

Simbol-simbol dalam bentuk status sosial dengan gelar-gelar. Dalam masyarakat kita ada banyak gelar untuk pemuka agama kita. Misalnya Ustadz, Kiyai, Ulama, haji, haja, Imam dan sebagainya. Dengan gelar tersebut masyarakat Islam menilai dan mencap mereka itu sebagai orang yang beriman, jujur dan baik akhlaknya. Masyarakat lupa dan tidak tahu kalau gelar itu mereka sebutkan sendiri. Zaman kita sudah berbeda dengan zaman dahulu dimana orang munafiq berkeliaran dimana-mana.

Biasanya karena orang tersebut bisa cerama, sering tampak ibadah ke masjid atau memiliki pesantren. Gelar kiyai sudah ada sejak zaman hindu-budah, ustadz (dosen) itu sama artinya dengan pengajar atau guru, haji dan haja sebab sudah berangkat haji. Gelar haji mulai diberikan pada saat penjajahan Belanda. Karena dulu Belanda ingin mengawasi orang tersebut, kalau-kalau melakukan perlawanan. Karena orang berangkat haji zaman dahulu disertai belajar dan adanya pengaruh Pan Islamisme.

Jadi, tidak ada hubungannya gelar-gelar mereka itu dengan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mereka. Sehingga kita dapat mempercayai segalah sesuatu pada mereka tanpa pengawasan. Misalnya uang khas masjid atau uang pembangunan masjid. Atau kalau dipesantren mempercayakan 100 persen anak gadis kita pada kiyai atau ustadz di pesantren tersebut. Dimana kita meminta penerapan hukum Islam secara menyeluruh. Berlaku, baik itu ustadznya atau pemimpin pesantren. Tidak ada hukum Islam yang membolehkan yang bukan mahram berdua-dua ditempat sepi atau di dalam ruangan tertutup atau berdua-dua walau di dalam masjid. Begitu juga shalat malam berdua antara santriwati dengan kiyai (ustadz) yang bukan mahram.

Contoh: dalam firman Allah SWT yang tidak membedakan manusia satu sama lain, seperti dari warna kulit, ras, bangsa, suku dan lainnya kecuali ketaqwaannya.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki  seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (Al-Hujurat: 49:13).

Oleh sebab itu, gelar-gelar bukanlah ukuran untuk ukuran ketaqwaan seseorang. Gelar bukan jaminan untuk kejujuran dan bebas dari syawat dan nafsu duniawi. Gelar berlaku untuk menghormati dan menghargai seseorang, misalnya dia lebih tua atau guru kita.

Simbol-simbol keimanan denga tanda hitam di kening, ibadah yang berlebihan tanpa perhitungan lalu mengabaikan kewajiban lainnya, berjanggut dan simbol-simbol lainnya. Dalam hal ini bukan menyalahkan, tapi membuang sifat atau pemahaman bahwah hal demikian menandakan orang tersebut beriman (bertaqwah). Kalau hal demikian memang adanya dari hatinya ikhlas, sangat benar. Begitu juga masyarakat Islam jangan memandang yang demikian tandanya bertakwah atau orang suci. Kalau belum berjanggut, belum ada tanda sujud di kening berati belum berislam dengan sempurnah. Adalah pemikiran yang keliruh.

Simbol-simbol dengan benda-benda misalnya dengan kopiah, peci, busana Timur Tengah, Asia Tengah, memakai kain, baju koko, dan lainnya. Kita sebagai muslim beriman harus lepas dari atribut-atribut demikian, agar hati kita bersih dan bebas dari simbol keimanan yang membuat kita riyah atau merasa lengkap ketaqwaan keislaman kita sebab simbol-simbol demikian.

Tidak salah kita mengenakan busana demikian, tapi jangan sampai kita menjadikan hal tersebut sebagai tanda kelengkapan iman atau merasa sudah sangat saleh. Begitu juga sebagai masyarakat Islam kita jangan sampai menganggap orang-orang yang mengenakan pakaian-pakaian demikian, mereka lebih dari kita keimananannya atau mereka orang yang dapat dipercaya 100 persen. Dari itu, kita haruslah bersifat biasa-biasa saja. Hanya Allah yang tahu kadar keimanan ketaqwaan seseorang dan keimanan kita. Berbeda dengan muslima, apa pun keadaan keimanannya memang harus menutup aurat dengan baik sesuai ajaran Islam.

Selain itu, ada juga simbol umum masyarakat Islam. Simbol umum adalah simbol yang mewakili komunitas Islam secara menyeluruh atau luas. Misalnya masjid yang berkubah, kubah dengan bulan bintang, bendera dengan gambar bulan dan bintang, kaligrafi dengan hurup Arab, memakai nama-nama orang Arab. Adalah bentuk simbol umum yang harus diketahui oleh masyarakat Islam secara luas. Agar pemikiran kita tidak buntu dan seolah-olah Islam terpisah dari komunitas manusia diseluruh dunia.

Kubah masjid berkembang dari sistem arsitektur kuno Timur Tengah diantaranya peradaban Babilonia. Di Turki berkembang dari arsitektur kuno Hagia Sophia dan lainnya. Perlu diketahui penggunaan bulan bintang dimasjid bentuk pengaruh pan Islamisme Turki dan pengaruh Kekhalifaan Turki Usmani. Di Asia Tenggara zaman sebelum pergerakan Pan Islamisme diatas atap masjid berupa memolo dengan hiasan dari perunggu atau tanah liat. Hal demikian tedapat pada masjid-masjid kuno Indonesia.

Penyimbolan juga dengan kaligrafi hurup Arab pada bangunan masjid atau atribut masyarakat Islam. Sesungguhnya kaligrafi masyarakat Islam boleh menggunakan aksara Arab, aksara Cina, aksara latin, aksara Korea, aksara Rusia dan sebagainya. Asalkan dengan kata-kata yang menjelaskan keislaman. Selain itu, penggunaan nama dalam Masyarakat Islam. Penggunaan nama boleh nama-nama selain nama orang Arab. Penggabungan nama Arab dan non Arab, atau nama sesuai bahasa masyarakat di suatu tempat atau negara. Seorang mualaf juga tidak perlu mengganti namanya, saat menjadi muslim.

Apa alasan dalam tulisan ini, yang tentu akan sangat berbeda bagi sebagian orang. Pertama agar masyarakat Islam mengetahui sehingga tidak mudah ditipu dan dibohongi orang. Agar tidak muncul kecemburuan budaya antar satu budaya dengan budaya lainnya. Menyadari kalau Islam adalah untuk seluruh manusia tanpa ada golongan yang ditinggikan mengingat hanya ketaqwaanlah yang menjadi ukuran di hadapan Allah.

Salah satu pelajaran yang saya dapati dari tulisan hoax. Pada tulisan itu, memuat gambar kubah gereja dengan simbol salib diatas kubah. Dalam tulisan itu, agar hati-hati karena ada kelompok kristen yang mengikuti cara Islam beribadah untuk memurtadkan umat Islam. Kalau kita menyadari kubah bukanlah milik masjid saja. Tentu kita tidak akan tertipu, sebab gereja tersebut adalah sebuah gereja di Palestina dimana terdapat makam Yesus menurut kepercayaan umat Kristiani. Begitu juga gereja di Rusia banyak juga yang berkubah-kubah.

Masjid hanyalah tempat ibadah kita umat Islam. Pada dasarnya seluruh muka bumi ini adalah masjid. Umat Islam boleh beribadah shalat dimana saja asal memenuhi ketentuan sahnya, misalnya tidak diatas kuburan, tidak ada najis, tidak di dalam rumah ibadah non muslim dan tidak mengganggu aktivitas orang. Masjid yang dibangun Rasulullah pertama hanyalah berupa bangunan sederhana terbuat dari tanah liat yang beratap daun kurma. Tentu saat membangun masjid kita perlu merumuskan ketentuan umum, bukan ketentuan fisik gedung. Ketentuan umum misalnya, menghadap kiblat, tidak mengganggu baik non muslim atau saudara kita muslim, tidak diatas kuburan, tidak menyerupai rumah ibadah non muslim, tidak ada berhalah, bentuk yang sesuai sebagai tempat ibadah serta ramah lingkungan (masjid hijau).

Ketika membangun masjid di Eropa kita sesuaikan dengan arsitektur Eropa. Agar tidak ada kecemburuan budaya. Pernah muncul statmen “arabisasi” menurut orang Eropa saat membangun masjid berkubah di Eropa. Begitu juga misalnya di Cina, atau di Korea juga mengikuti pola arsitektur budaya mereka dan kaligrafi aksara mereka. Agar fitra Islam untuk semua manusia, bukan hanya untuk suatu kaum tertentu saja hadir.

Demikianlah sedikit pembahasan tentang simbol keislaman kita. Semoga ada pengembangan dalam pengertian keislaman secara global. Namun tetap berpegang pada kaidah Islam, yaitu Al-Quran, As-sunnah dan Ulama. Masih banyak kekurangan dalam tulisan ini. Silakan berkomentar dan memberikan masukan. Terutama untuk melepas paham sepihak kita dan membuka pemikiran kita dalam memahami antara budaya masyarakat Islam dan mana Syariat Islam. Mari belajar bersama-sama dalam Islam.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Joni Apero
Palembang, 2 Februari 2022.

Sy. Apero Fublic

Senin, 31 Januari 2022

Kambies : Penyakit Sosial Seks Kambing

BULETIN APERO FUBLIC.- Kembali kita membahas penyakit sosial dengan istilah kambies. Kata kambies diambil dari dua kata, seks-kambing. Pengidap kambies termasuk dalam golong penyakit jiwa dalam kerangka sosial masyarakat. Pengidap penyakit jiwa kambies (seks kambing) tidak terbatas pada kalangan tertentu. Tapi menyeluruh dari orang berpendidikan, kaya, miskin, pejabat, tua, muda, laki-laki, wanita dan lainnya.

Penyakit jiwa kambies dirujuk pada sekelompok hewan kambing. Ceritanya pada suatu waktu mendekati hari raya kurban (idul adhah). Tetangga saya berbisnis hewan kurban kambing. Dia membeli banyak kambing lalu ditempatkan didalam bak mobil truk. Kambing-kambing itu tidak di ikat sehingga dapat bergerak leluasa di dalm bak mobil itu. Aku yang masih berumur belasan tahun naik bak truk bersama anak pemilik. Melihat-lihat kambing-kambing tersebut. Kambing betina berjumlah sekitar enambelas ekor dan Kambing jantan berjumlah sembilan ekor.

Aktivitas kambing jantan tersebut selalu mengawini kambing-kambing betina itu. Tanpa henti-henti terus melakukan secara bergilir pada semua kambing-kambing betina lainnya. Walau jumlah kambing betina lebih banyak tapi tetap tidak terladeni. Kambing betina mengembek tiada henti dan banyak yang tidak dapat berdiri sebab dikawini kambing jantan bergantian terus menerus. Betapa kuat libido seks kambing jantan saya pikir. Tidak heran kalau kambing betina dapat melahirkan tiga sampai empak kali dalam setahun. Itulah mengapa istilah kambies dimunculkan.

Pengidap penyakit ini normal saja secara fisik dan sosial. Tidak ada gangguan apa-apa pada mental dan kehidupan mereka. Bersosialisasi dengan normal tanpa hambatan apa pun. Justru pengidap penyakit ini tampak lebih baik, sopan. Terkadang orang tersebut juga suka beribadah. Suka beribadah bukan berarti beriman. Namun yang berbeda pada pengidap penyakit sosial kambies adalah pada seks dan pemikiran kotornya. Dalam pikirannya dia selalu ingin bercinta atau melakukan perbuatan seks pada wanita-wanita yang berinteraksi dengannya.

Bukan rasa cinta tetapi untuk memuaskan nafsu. Ketertarikannya pada tubu lawan jenis bermain terus saat dia berjumpa dengan lawan jenis terutama yang menarik (cantik). Pengidap kambies berusaha utuk menikmati tubuh-tubuh lawan jenis secara gratis atau sedikit membayar. Biasanya dia memanfaatkan posisi atau kedudukannya serta pengaruhnya.

Misalnya dia seorang atasan di sebuah perusahaan atau seorang dosen di Perguruan Tinggi. Kambies beraksi dengan memainkan peranan, sebagai orang yang peduli dan baik. Dia menjanjikan hal-hal mudah dan menguntungkan. Namun dibalik semua itu dia menginginkan tubuh targetnya. Seorang atasan mengintimidasi seorang stap wanita, baik berupa marah-marah selalu atau melakukan pendekatan baik. Dalam intrik-intrik tersebut membuat si karyawan wanita tidak nyaman, takut di marahi, takut di pecat atau dipersulit. Sehingga suatu ketika dia meminta hal aneh-aneh dan ada kesempatan dia beraksi cabul.

Begitu juga dengan seorang dosen yang memainkan peranan pada mahasiswi. Dia mempersulit dan berintrik marah-marah. Lalu meminta tugas aneh-aneh dan yang kemudian pada kesempatan tertentu dia melakukan pelecehan dan bahkan memperkosa. Mahasiswi yang masih polos sangat mudah dia akali. Apalagi pada masa-masa penyusunan skripsi yang sangat muda sang dosen pengidap kambies mainkan. Tidak heran kalau hampir disetiap perguruan tinggi selalu ada kasus-kasus pelecehan seks oleh oknum dosen.

Dari dua contoh tersebut dapat kita pahami kalau penyakit sosial kambies banyak diidap masyarakat dikalangan terdidik. Begitu juga pada instansi Pemerintah baik sipil dan non sipil kemungkinan terjadi atau ada pengidap peyakit sosial kambies.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Deni Saputra
Palembang, 1 Februari 2022.

Sy. Apero Fublic

Profesi Cegah Fitnah (Pendamping)

BULETIN APERO FUBLIC.- Zaman kita sekarang dimana kaum wanita menuntut untuk terlibat lebih dalam pada segala bidang kehidupan sosial masyarakat. Sehingga mau tidak mau harus berhadapan dengan pertentangan hukum Islam. Wanita dalam Islam dilindungi dari segalah mara bahaya dan fitnah. Tetapi hal demikian belum mendapat solusinya. Sekelompok orang berpendapat, Hukum Islam dianggap mengekang kehidupan perempuan, serta tidak sesui zaman.

Tapi tidak dapat dipungkiri dan tidak dapat mengelak. Pelecehan terhadap wanita terus terjadi setiap waktu setiap saat di dunia ini. Mulai dari anak-anak didik (SD,SMP,SMA) dan di Perguruan Tinggi, baik di sekolah berbasis agama, swasta dan negeri. Pelecehan bukan hanya dalam bentuk kekerasan fisik tapi juga dalam bentuk lisan.

Selain itu, pelecehan yang menggunakan cara-cara rayuan dan ancaman juga tidak kalah banyak. Siswi dan Mahasiswi menjadi korban. Ada banyak juga yang terjebak sehingga menjadi pemuas nafsu mereka-mereka. Sementara itu, di tempat kerja baik negeri dan swasta wanita juga tidak menjadi aman. Mereka menjadi bagian dari permainan cabul rekan atau pimpinan tempat kerja mereka. Terkadang wanita sudah bersuami pun berselingkuh sehingga hancur rumah tangganya. Sebab-sebab demikian adalah karena interaksi yang berulang-ulang kemudian mendatangan pikiran seks.

Lalu, dari semua itu apakah kita tidak sadar dan berpikir. Bukankah Islam melindungi perempuan bukan mengekang dan bukan menghalangi. Masalah demikian sesungguhnya hanya pada situasi dan keadaan. Dimana saat terjadi interaksi yang mengundang pikiran seks sebab berdua, melihat dan bersama. Maka akan timbul pemikiran perbuatan seks, baik oleh satu pihak atau keduanya.

Menjawab hal demikian, tentulah dengan cara mencegah dari berdua-dua tersebut. Jawaban sederhana sekali dimana kita memunculkan suatu bidang provesi kerja “pendamping” di tempat kerja. Misalnya pada sebuah perusahaan banyak mempekerjakan wanita. Sering juga terjadi interaksi antara pekerja wanita dengan atas dan rekan kerja dimana mereka akan berdua-dua. Saat itulah diperlukan provesi damping sebagai pencegah fitnah. Misalnya seorang sekretaris perempuan selalu menghadap atas laki-laki di dalam ruangan tertutup. Maka saat menghadap tersebut dia meminta ditemani petugas damping atau stap yang memang khusus mendampingi pekerja wanita yang akan menghadapi situasi berdua. Begitu juga saat tugas diluar, misalnya pekerja wanita bersama atasan laki-laki. Maka petugas damping menemani sehingga tidak terjadi suasana berdua.

Tidak semua laki-laki memiliki pemikiran kotor demikian. Namun pencegahan lebih baik untuk melindungi wanita. Hal demikian dilakukan untuk menghormati kaum wanita. Saya rasa sudah saatnya provesi pencegah fitnah (damping) sudah saatnya dimunculkan dimana interaksi kerja (swasta dan negeri) dan dunia pendidikan berada (sekolah dan Perguruan Tinggi). Atau mungkin konsep kantor syariah juga mulai diterapkan pada sektor kerja.

Wanita harus memberikan suaranya, tuntutan hukum dimana mereka dijamin kehormatannya. Di Perguruan Tinggi mahasiswi juga menuntuk pihak kampus untuk tidak mengizinkan mahasiswi berdua-dua di dalam ruangan dosen yang tertutup atau sepi. Untuk menghindari pelecehan seks oleh oknum dosen. Provesi dampin (cegah fitnah) juga harus diperkuat dengan hukum sah dari negara dan ADRT Perusahaan. Dimana petugas/stap pendamping memiliki tugas/hak mencegah melarang menegur dan menasihati dan melaporkan.

Oleh. Joni Apero
Editor. Totong Mahipal
Palembang, 31 Januari 2021.

Sy. Apero Fublic

Minggu, 30 Januari 2022

Jihad Wanita: Menjaga Manusia, Agama dan Negara

APERO FUBLIC.- Mengapa dalam Islam wanita begitu istimewa dan derajadnya tiga tingkat diatas laki-laki. Wanita berjuang dalam wujud cinta dan kelembutan. Mata orang yang tidak mampu melihat perjuangan kaum wanita akan sangat menganggap remeh wanita. Tanpa dia dapat berpikir secara luas dan mendalam di dalam arti kehidupan manusia.

Wanita masuk dalam pase perjuangan atau peperangan saat dia mulai mengandung anak. Saat itu diri wanita mulai berperang dengan rasa yang tidak nyaman dan rasa takut. Dengan sabar dan mengikuti waktu seiring melalui fase-fase tidak nyaman sekali. Sembilan bulan, Tibalah saat melahirkan yang sangat menyakitkan bagi wanita. Begitu juga setelah melahirkan rasa sakit tidak habis-habisnya dari bekas luka melahirkan. Terasa pedih dan sakit pada vagina dan sekitar dubur. Terkadang ada yang terkena ambeyen.  Di lanjutkan dengan kesibukan saat mengurus anak yang memakan waktu seumur hidupnya.

Peperangan wanita di jalan kemanusiaan dan kehidupan manusia secara sangat mendasar. Ada tiga hal yang sangat penting sehingga tetap terjaga karena sebab perjuangan keras dari kaum wanita. Wanita boleh jadi disebut dasar awal kehidupan secara biologis dan kebudayaan. Berikut ini tiga hal yang mendasar tersebut.

1.Meneruskan populasi manusia.

Wanita menjaga populasi manusia dan terus meregenerasi manusia dari masa ke masa. Sehingga populasi manusia terus ada dan menciptakan komunitas sosial. Dari perjuangan wanita mulai dari mengandung, melahirkan dan merawat yang kemudian tumbuh generasi-generasi baru.

2.Meneruskan Agama

Dalam hal menjaga agama rasulullah SAW pernah bersabda kalau seseorang menikah dirinya sudah menjaga separuh dari agamanya, maka jagalah yang separuhnya lagi. Di sini menggambarkan kebesaran sebuah agama tetap memerlukan jihad wanita yaitu melahirkan anak. Mungkin wanita tidak banyak menjadi ulama hebat atau ikut berdakwah jauh-jauh sebagaimana laki-laki. Namun wanita menjaga agama pada separuh sisi yang lainnya.

3.Meneruskan Kepemilikan Bangsa/Negara

Wanita yang melahirkan anak yang kemudian menjadi penerus dari kepemilikan sebuah bangsa. Tanah yang luas dan kekayaan alam tidak ada artinya kalau tidak ada rakyatnya. Salah satu syarat terbentuknya sebuah bangsa dan negara yaitu adanya rakyat. Rakyat yang tua tanpa generasi akan habis dimakan usia. Namun buah dari perjuangan wanita kepemilikan sebuah bangsa dapat terus ada dan meregenerasi.

*****

Tiga hal tersebut peran besar dilakukan oleh kaum wanita. Dari tiga hal tersebut sangat sedikit peran laki-laki. Tetapi saat terjadi perang, peran wanita sangat besar dalam hal memenangkan peperangan untuk menjaga populasi, menjaga agama dan menjaga bangsa. Muncullah pahlawan pada kaum mereka karena berhasil melindungi kaum mereka.

Pahlawan, pejuang yang di dominasi kaum laki-laki begitu nampak di mata masyarakat. Pahlawan itu dipuja dan begitu dikenal masyarakatnya. Sehingga menutup peran besar wanita, yang dinilai sebatas memasak. Kelembutan dan ketabahan dinilai kelemahan oleh kaum laki-laki. Banyak juga kaum wanita yang rendah diri dan merendahkan diri mereka sendiri. Sebab merasa lemah dan sederhana.

Namun dalam perjalanan waktu kemuliaan wanita mulai dilupakan wanita itu sendiri. Lupa kalau tubuh atau dirinya begitu berharga. Di zaman sekarang dengan menganut pemikiran liar wanita ingin sama seperti laki-laki. Ingin meruba peran mereka yang dianggap orang-orang rendah itu (mengurus keluarga). Mereka banyak yang ingin bebas dan mau sesuka hati. Mengesampingkan moral, tata cara sosial, etika kewanitaan, dan norma sosial lainnya. Hanya sebab ingin cantik, karir, materialisme dan sebagainya. Berjalanlah dalam dosa dan menjadi tidak terkendali. Begitu juga banyak kaum laki-laki yang buruk akhlaknya tidak tahu terima kasih pada wanita. Kemudian dirinya berbuat hal-hal buruk pada para wanita. Padahal wanita memang tercipta untuk tugas besarnya, disisi berbeda dengan tugas kaum laki-laki.

Di pedesaan, di tempat terpencil atau dipinggiran kota-kota. Kehidupan wanita begitu menderita dengan segala beban hidup yang ditanggung mereka. Namun kesabaran tetap menjadi kekuatan mereka. Bekerja dengan kesungguhan dalam mencari penghidupan. Dengan sedikit uang mereka bertahan hidup bersama anak-anak mereka.

Wanita-wanita itu percaya kalau anaknya akan menjadi besar dan dapat bertahan hidup. Mungkin anak-anak mereka juga tidak akan menjadi kaya atau menjadi pemimpin besar. Tapi anak-anak wanita lemah itulah yang menjadi penjaga sekaligus pemilik negaranya, penerus agamanya, dan meneruskan kehidupan manusia.

Betapa berhutang kita pada manusia yang namanya wanita. Wanita yang kita kenal dengan panggilan, ibu. Mereka tidak banyak yang dicita-citakan, tampak begitu bodoh dan sederhana. Namun merekalah yang melahirkan pemimpin, melahirkan pengusaha, melahirkan pecinta lingkungan, dan melahirkan manusia-manusia hebat lainnya. Pertanyaan untuk kita semua, apa yang kita perbuat utuk mereka?.

Menjadi seorang wanita sederhana saja sudah sangat muliah begitu. Apalagi kalau seorang wanita mampu berkarir sekaligus menjadi ibu yang baik dan istri yang salehah. Sungguh kemuliaannya tidak ternilai lagi karena tingginya.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 31 Januari 2022.

Sy. Apero Fublic