Penyakit
jiwa kambies dirujuk pada sekelompok hewan kambing. Ceritanya pada suatu waktu
mendekati hari raya kurban (idul adhah). Tetangga saya berbisnis hewan kurban
kambing. Dia membeli banyak kambing lalu ditempatkan didalam bak mobil truk.
Kambing-kambing itu tidak di ikat sehingga dapat bergerak leluasa di dalm bak
mobil itu. Aku yang masih berumur belasan tahun naik bak truk bersama anak
pemilik. Melihat-lihat kambing-kambing tersebut. Kambing betina berjumlah sekitar
enambelas ekor dan Kambing jantan berjumlah sembilan ekor.
Aktivitas
kambing jantan tersebut selalu mengawini kambing-kambing betina itu. Tanpa
henti-henti terus melakukan secara bergilir pada semua kambing-kambing betina
lainnya. Walau jumlah kambing betina lebih banyak tapi tetap tidak terladeni.
Kambing betina mengembek tiada henti dan banyak yang tidak dapat berdiri sebab
dikawini kambing jantan bergantian terus menerus. Betapa kuat libido seks
kambing jantan saya pikir. Tidak heran kalau kambing betina dapat melahirkan
tiga sampai empak kali dalam setahun. Itulah mengapa istilah kambies
dimunculkan.
Pengidap
penyakit ini normal saja secara fisik dan sosial. Tidak ada gangguan apa-apa
pada mental dan kehidupan mereka. Bersosialisasi dengan normal tanpa hambatan
apa pun. Justru pengidap penyakit ini tampak lebih baik, sopan. Terkadang orang
tersebut juga suka beribadah. Suka beribadah bukan berarti beriman. Namun yang
berbeda pada pengidap penyakit sosial kambies adalah pada seks dan pemikiran
kotornya. Dalam pikirannya dia selalu ingin bercinta atau melakukan perbuatan
seks pada wanita-wanita yang berinteraksi dengannya.
Bukan
rasa cinta tetapi untuk memuaskan nafsu. Ketertarikannya pada tubu lawan jenis
bermain terus saat dia berjumpa dengan lawan jenis terutama yang menarik
(cantik). Pengidap kambies berusaha utuk menikmati tubuh-tubuh lawan jenis
secara gratis atau sedikit membayar. Biasanya dia memanfaatkan posisi atau
kedudukannya serta pengaruhnya.
Misalnya
dia seorang atasan di sebuah perusahaan atau seorang dosen di Perguruan Tinggi.
Kambies beraksi dengan memainkan peranan, sebagai orang yang peduli dan baik.
Dia menjanjikan hal-hal mudah dan menguntungkan. Namun dibalik semua itu dia
menginginkan tubuh targetnya. Seorang atasan mengintimidasi seorang stap
wanita, baik berupa marah-marah selalu atau melakukan pendekatan baik. Dalam
intrik-intrik tersebut membuat si karyawan wanita tidak nyaman, takut di
marahi, takut di pecat atau dipersulit. Sehingga suatu ketika dia meminta hal
aneh-aneh dan ada kesempatan dia beraksi cabul.
Begitu
juga dengan seorang dosen yang memainkan peranan pada mahasiswi. Dia
mempersulit dan berintrik marah-marah. Lalu meminta tugas aneh-aneh dan yang
kemudian pada kesempatan tertentu dia melakukan pelecehan dan bahkan
memperkosa. Mahasiswi yang masih polos sangat mudah dia akali. Apalagi pada
masa-masa penyusunan skripsi yang sangat muda sang dosen pengidap kambies
mainkan. Tidak heran kalau hampir disetiap perguruan tinggi selalu ada
kasus-kasus pelecehan seks oleh oknum dosen.
Dari dua contoh tersebut dapat kita pahami kalau penyakit sosial kambies banyak diidap masyarakat dikalangan terdidik. Begitu juga pada instansi Pemerintah baik sipil dan non sipil kemungkinan terjadi atau ada pengidap peyakit sosial kambies.
Disusun: Tim
Apero Fublic
Editor.
Deni Saputra
Palembang,
1 Februari 2022.
Sy. Apero Fublic