Senin, 31 Januari 2022

Kambies : Penyakit Sosial Seks Kambing

BULETIN APERO FUBLIC.- Kembali kita membahas penyakit sosial dengan istilah kambies. Kata kambies diambil dari dua kata, seks-kambing. Pengidap kambies termasuk dalam golong penyakit jiwa dalam kerangka sosial masyarakat. Pengidap penyakit jiwa kambies (seks kambing) tidak terbatas pada kalangan tertentu. Tapi menyeluruh dari orang berpendidikan, kaya, miskin, pejabat, tua, muda, laki-laki, wanita dan lainnya.

Penyakit jiwa kambies dirujuk pada sekelompok hewan kambing. Ceritanya pada suatu waktu mendekati hari raya kurban (idul adhah). Tetangga saya berbisnis hewan kurban kambing. Dia membeli banyak kambing lalu ditempatkan didalam bak mobil truk. Kambing-kambing itu tidak di ikat sehingga dapat bergerak leluasa di dalm bak mobil itu. Aku yang masih berumur belasan tahun naik bak truk bersama anak pemilik. Melihat-lihat kambing-kambing tersebut. Kambing betina berjumlah sekitar enambelas ekor dan Kambing jantan berjumlah sembilan ekor.

Aktivitas kambing jantan tersebut selalu mengawini kambing-kambing betina itu. Tanpa henti-henti terus melakukan secara bergilir pada semua kambing-kambing betina lainnya. Walau jumlah kambing betina lebih banyak tapi tetap tidak terladeni. Kambing betina mengembek tiada henti dan banyak yang tidak dapat berdiri sebab dikawini kambing jantan bergantian terus menerus. Betapa kuat libido seks kambing jantan saya pikir. Tidak heran kalau kambing betina dapat melahirkan tiga sampai empak kali dalam setahun. Itulah mengapa istilah kambies dimunculkan.

Pengidap penyakit ini normal saja secara fisik dan sosial. Tidak ada gangguan apa-apa pada mental dan kehidupan mereka. Bersosialisasi dengan normal tanpa hambatan apa pun. Justru pengidap penyakit ini tampak lebih baik, sopan. Terkadang orang tersebut juga suka beribadah. Suka beribadah bukan berarti beriman. Namun yang berbeda pada pengidap penyakit sosial kambies adalah pada seks dan pemikiran kotornya. Dalam pikirannya dia selalu ingin bercinta atau melakukan perbuatan seks pada wanita-wanita yang berinteraksi dengannya.

Bukan rasa cinta tetapi untuk memuaskan nafsu. Ketertarikannya pada tubu lawan jenis bermain terus saat dia berjumpa dengan lawan jenis terutama yang menarik (cantik). Pengidap kambies berusaha utuk menikmati tubuh-tubuh lawan jenis secara gratis atau sedikit membayar. Biasanya dia memanfaatkan posisi atau kedudukannya serta pengaruhnya.

Misalnya dia seorang atasan di sebuah perusahaan atau seorang dosen di Perguruan Tinggi. Kambies beraksi dengan memainkan peranan, sebagai orang yang peduli dan baik. Dia menjanjikan hal-hal mudah dan menguntungkan. Namun dibalik semua itu dia menginginkan tubuh targetnya. Seorang atasan mengintimidasi seorang stap wanita, baik berupa marah-marah selalu atau melakukan pendekatan baik. Dalam intrik-intrik tersebut membuat si karyawan wanita tidak nyaman, takut di marahi, takut di pecat atau dipersulit. Sehingga suatu ketika dia meminta hal aneh-aneh dan ada kesempatan dia beraksi cabul.

Begitu juga dengan seorang dosen yang memainkan peranan pada mahasiswi. Dia mempersulit dan berintrik marah-marah. Lalu meminta tugas aneh-aneh dan yang kemudian pada kesempatan tertentu dia melakukan pelecehan dan bahkan memperkosa. Mahasiswi yang masih polos sangat mudah dia akali. Apalagi pada masa-masa penyusunan skripsi yang sangat muda sang dosen pengidap kambies mainkan. Tidak heran kalau hampir disetiap perguruan tinggi selalu ada kasus-kasus pelecehan seks oleh oknum dosen.

Dari dua contoh tersebut dapat kita pahami kalau penyakit sosial kambies banyak diidap masyarakat dikalangan terdidik. Begitu juga pada instansi Pemerintah baik sipil dan non sipil kemungkinan terjadi atau ada pengidap peyakit sosial kambies.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Deni Saputra
Palembang, 1 Februari 2022.

Sy. Apero Fublic

0 comments:

Posting Komentar