Syarce

Syarce adalah singkatan dari syair cerita. Syair cerita bentuk penggabungan cerita dan syair sehingga pembaca dapat mengerti makna dan maksud dari isi syair.

Apero Mart

Apero Mart adalah tokoh online dan ofline yang menyediakan semua kebutuhan. Dari produk kesehatan, produk kosmetik, fashion, sembako, elektronik, perhiasan, buku-buku, dan sebagainya.

Apero Book

Apero Book adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi semua jenis buku. Buku fiksi, non fiksi, buku tulis. Selain itu juga menyediakan jasa konsultasi dalam pembelian buku yang terkait dengan penelitian ilmiah.

Apero Popularity

Apero Popularity adalah layanan jasa untuk mempolerkan usaha, bisnis, dan figur. Membantu karir jalan karir anda menuju kepopuleran nomor satu.

@Kisahku

@Kisahku adalah bentuk karya tulis yang memuat tentang kisah-kisah disekitar kita. Seperti kisah nyata, kisah fiksi, kisah hidayah, persahabatan, kisah cinta, kisah masa kecil, dan sebagaginya.

Surat Kita

Surat Kita adalah suatu metode berkirim surat tanpa alamat dan tujuan. Surat Kita bentuk sastra yang menjelaskan suatu pokok permasalaan tanpa harus berkata pada sesiapapun tapi diterima siapa saja.

Sastra Kita

Sastra Kita adalah kolom penghimpun sastra-sastra yang dilahirkan oleh masyarakat. Sastra kita istilah baru untuk menamakan dengan sastra rakyat. Sastra Kita juga bagian dari sastra yang ditulis oleh masyakat awam sastra.

Apero Gift

Apero Gift adalah perusahaan yang menyediakan semua jenis hadia atau sovenir. Seperti hadia pernikahan, hadia ulang tahun, hadiah persahabatan, menyediakan sovenir wisata dan sebagainya. Melayani secara online dan ofline.

Selasa, 01 Februari 2022

Memahami Simbol-Simbol Dalam Masyarakat Islam: Simbol Islam dan Simbol Ketaqwaan.

BULETIN APERO FUBLIC.- Kita kaum muslimin dizaman sekarang masih terjebak oleh simbol-simbol yang menutup pandangan kita terhadap sesuatu keimanan yang ikhlas dari hati. Memang sulit lepas dari simbol-simbol tersebut. Sebab kurangnya pemahaman masyarakat Islam kita tentang ilmu pengetahuan keislaman. Dari ilmu syariat, budaya Islam, sejarah Islam Itu disebabkan malasnya belajar terutama mengkaji Al-Quran dengan artinya.

Simbol-simbol dalam bentuk status sosial dengan gelar-gelar. Dalam masyarakat kita ada banyak gelar untuk pemuka agama kita. Misalnya Ustadz, Kiyai, Ulama, haji, haja, Imam dan sebagainya. Dengan gelar tersebut masyarakat Islam menilai dan mencap mereka itu sebagai orang yang beriman, jujur dan baik akhlaknya. Masyarakat lupa dan tidak tahu kalau gelar itu mereka sebutkan sendiri. Zaman kita sudah berbeda dengan zaman dahulu dimana orang munafiq berkeliaran dimana-mana.

Biasanya karena orang tersebut bisa cerama, sering tampak ibadah ke masjid atau memiliki pesantren. Gelar kiyai sudah ada sejak zaman hindu-budah, ustadz (dosen) itu sama artinya dengan pengajar atau guru, haji dan haja sebab sudah berangkat haji. Gelar haji mulai diberikan pada saat penjajahan Belanda. Karena dulu Belanda ingin mengawasi orang tersebut, kalau-kalau melakukan perlawanan. Karena orang berangkat haji zaman dahulu disertai belajar dan adanya pengaruh Pan Islamisme.

Jadi, tidak ada hubungannya gelar-gelar mereka itu dengan keimanan, ketaqwaan dan akhlak mereka. Sehingga kita dapat mempercayai segalah sesuatu pada mereka tanpa pengawasan. Misalnya uang khas masjid atau uang pembangunan masjid. Atau kalau dipesantren mempercayakan 100 persen anak gadis kita pada kiyai atau ustadz di pesantren tersebut. Dimana kita meminta penerapan hukum Islam secara menyeluruh. Berlaku, baik itu ustadznya atau pemimpin pesantren. Tidak ada hukum Islam yang membolehkan yang bukan mahram berdua-dua ditempat sepi atau di dalam ruangan tertutup atau berdua-dua walau di dalam masjid. Begitu juga shalat malam berdua antara santriwati dengan kiyai (ustadz) yang bukan mahram.

Contoh: dalam firman Allah SWT yang tidak membedakan manusia satu sama lain, seperti dari warna kulit, ras, bangsa, suku dan lainnya kecuali ketaqwaannya.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki  seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (Al-Hujurat: 49:13).

Oleh sebab itu, gelar-gelar bukanlah ukuran untuk ukuran ketaqwaan seseorang. Gelar bukan jaminan untuk kejujuran dan bebas dari syawat dan nafsu duniawi. Gelar berlaku untuk menghormati dan menghargai seseorang, misalnya dia lebih tua atau guru kita.

Simbol-simbol keimanan denga tanda hitam di kening, ibadah yang berlebihan tanpa perhitungan lalu mengabaikan kewajiban lainnya, berjanggut dan simbol-simbol lainnya. Dalam hal ini bukan menyalahkan, tapi membuang sifat atau pemahaman bahwah hal demikian menandakan orang tersebut beriman (bertaqwah). Kalau hal demikian memang adanya dari hatinya ikhlas, sangat benar. Begitu juga masyarakat Islam jangan memandang yang demikian tandanya bertakwah atau orang suci. Kalau belum berjanggut, belum ada tanda sujud di kening berati belum berislam dengan sempurnah. Adalah pemikiran yang keliruh.

Simbol-simbol dengan benda-benda misalnya dengan kopiah, peci, busana Timur Tengah, Asia Tengah, memakai kain, baju koko, dan lainnya. Kita sebagai muslim beriman harus lepas dari atribut-atribut demikian, agar hati kita bersih dan bebas dari simbol keimanan yang membuat kita riyah atau merasa lengkap ketaqwaan keislaman kita sebab simbol-simbol demikian.

Tidak salah kita mengenakan busana demikian, tapi jangan sampai kita menjadikan hal tersebut sebagai tanda kelengkapan iman atau merasa sudah sangat saleh. Begitu juga sebagai masyarakat Islam kita jangan sampai menganggap orang-orang yang mengenakan pakaian-pakaian demikian, mereka lebih dari kita keimananannya atau mereka orang yang dapat dipercaya 100 persen. Dari itu, kita haruslah bersifat biasa-biasa saja. Hanya Allah yang tahu kadar keimanan ketaqwaan seseorang dan keimanan kita. Berbeda dengan muslima, apa pun keadaan keimanannya memang harus menutup aurat dengan baik sesuai ajaran Islam.

Selain itu, ada juga simbol umum masyarakat Islam. Simbol umum adalah simbol yang mewakili komunitas Islam secara menyeluruh atau luas. Misalnya masjid yang berkubah, kubah dengan bulan bintang, bendera dengan gambar bulan dan bintang, kaligrafi dengan hurup Arab, memakai nama-nama orang Arab. Adalah bentuk simbol umum yang harus diketahui oleh masyarakat Islam secara luas. Agar pemikiran kita tidak buntu dan seolah-olah Islam terpisah dari komunitas manusia diseluruh dunia.

Kubah masjid berkembang dari sistem arsitektur kuno Timur Tengah diantaranya peradaban Babilonia. Di Turki berkembang dari arsitektur kuno Hagia Sophia dan lainnya. Perlu diketahui penggunaan bulan bintang dimasjid bentuk pengaruh pan Islamisme Turki dan pengaruh Kekhalifaan Turki Usmani. Di Asia Tenggara zaman sebelum pergerakan Pan Islamisme diatas atap masjid berupa memolo dengan hiasan dari perunggu atau tanah liat. Hal demikian tedapat pada masjid-masjid kuno Indonesia.

Penyimbolan juga dengan kaligrafi hurup Arab pada bangunan masjid atau atribut masyarakat Islam. Sesungguhnya kaligrafi masyarakat Islam boleh menggunakan aksara Arab, aksara Cina, aksara latin, aksara Korea, aksara Rusia dan sebagainya. Asalkan dengan kata-kata yang menjelaskan keislaman. Selain itu, penggunaan nama dalam Masyarakat Islam. Penggunaan nama boleh nama-nama selain nama orang Arab. Penggabungan nama Arab dan non Arab, atau nama sesuai bahasa masyarakat di suatu tempat atau negara. Seorang mualaf juga tidak perlu mengganti namanya, saat menjadi muslim.

Apa alasan dalam tulisan ini, yang tentu akan sangat berbeda bagi sebagian orang. Pertama agar masyarakat Islam mengetahui sehingga tidak mudah ditipu dan dibohongi orang. Agar tidak muncul kecemburuan budaya antar satu budaya dengan budaya lainnya. Menyadari kalau Islam adalah untuk seluruh manusia tanpa ada golongan yang ditinggikan mengingat hanya ketaqwaanlah yang menjadi ukuran di hadapan Allah.

Salah satu pelajaran yang saya dapati dari tulisan hoax. Pada tulisan itu, memuat gambar kubah gereja dengan simbol salib diatas kubah. Dalam tulisan itu, agar hati-hati karena ada kelompok kristen yang mengikuti cara Islam beribadah untuk memurtadkan umat Islam. Kalau kita menyadari kubah bukanlah milik masjid saja. Tentu kita tidak akan tertipu, sebab gereja tersebut adalah sebuah gereja di Palestina dimana terdapat makam Yesus menurut kepercayaan umat Kristiani. Begitu juga gereja di Rusia banyak juga yang berkubah-kubah.

Masjid hanyalah tempat ibadah kita umat Islam. Pada dasarnya seluruh muka bumi ini adalah masjid. Umat Islam boleh beribadah shalat dimana saja asal memenuhi ketentuan sahnya, misalnya tidak diatas kuburan, tidak ada najis, tidak di dalam rumah ibadah non muslim dan tidak mengganggu aktivitas orang. Masjid yang dibangun Rasulullah pertama hanyalah berupa bangunan sederhana terbuat dari tanah liat yang beratap daun kurma. Tentu saat membangun masjid kita perlu merumuskan ketentuan umum, bukan ketentuan fisik gedung. Ketentuan umum misalnya, menghadap kiblat, tidak mengganggu baik non muslim atau saudara kita muslim, tidak diatas kuburan, tidak menyerupai rumah ibadah non muslim, tidak ada berhalah, bentuk yang sesuai sebagai tempat ibadah serta ramah lingkungan (masjid hijau).

Ketika membangun masjid di Eropa kita sesuaikan dengan arsitektur Eropa. Agar tidak ada kecemburuan budaya. Pernah muncul statmen “arabisasi” menurut orang Eropa saat membangun masjid berkubah di Eropa. Begitu juga misalnya di Cina, atau di Korea juga mengikuti pola arsitektur budaya mereka dan kaligrafi aksara mereka. Agar fitra Islam untuk semua manusia, bukan hanya untuk suatu kaum tertentu saja hadir.

Demikianlah sedikit pembahasan tentang simbol keislaman kita. Semoga ada pengembangan dalam pengertian keislaman secara global. Namun tetap berpegang pada kaidah Islam, yaitu Al-Quran, As-sunnah dan Ulama. Masih banyak kekurangan dalam tulisan ini. Silakan berkomentar dan memberikan masukan. Terutama untuk melepas paham sepihak kita dan membuka pemikiran kita dalam memahami antara budaya masyarakat Islam dan mana Syariat Islam. Mari belajar bersama-sama dalam Islam.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Joni Apero
Palembang, 2 Februari 2022.

Sy. Apero Fublic