Senin, 18 April 2022

Dengan Nilai Murni: Membangun Ulang Pendidikan Indonesia.

BULETIN APERO FUBLIC.- Dunia pendidikan kita sangat buruk sekali. Jangankan membangun manusia-manusia kuat dan memajukan pola pikir masyarakat. Untuk menghancurkan pemikiran tahayul atau pemikiran tidak rasional saja pendidikan kita tidak mampu. Hasil dunia pendidikan kita hanyalah ijazah dan honor pengajar.

Kelemahan pendidikan kita kemudian datang dari bisnis pendidikan. Sehingga kehilangan tujuan pendidikan untuk mencerdaskan bangsa, kemudian menjadi keuntungan yayasan (sekolah-Perguruan Tinggi). Demi kebaikan tempat pendidikan milik mereka, maka akan menaikkan bayaran, membangun gedung, kemudian dihiasi dengan seragam-seragam. Para orang tua akan dihibur dengan nilai-nilai dan dibanggakan dengan akreditasi yang dilabeli ungulan-unggulan. Masyarakat kita kemudian membaggakan nama dan poluritas sekolah anak mereka. Lupa dengan hasil pendidikan, seperti kecerdasan berpikir dan kecerdasan emosional.

Dengan memberikan nilai murni pada semua lulusan dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi akan menghilangkan pengejaran asal lulus dan tidak menjadikan nilai sebagai tujuan. Nilai mata pelajaran yang tertulis dan dan lembar ijazah telah menghilangkan tujuan dari pendidikan itu.

Saat pulang ke rumah, anak didik akan menunjukkan rapot dan ijazah mereka. Saat diberikan nilai murni maka orang tua mereka akan tahu kemampuan anak mereka. Mereka juga tahu pelajaran apa yang anak mereka kuasai. Sehingga mereka akan memberikan perhatian. Kalau anak lemah dalam bahasa asing, orang tua akan memberikan pendidikan luar sekolah pada anaknya. Pada nilai anaknya yang baik orang tuanya tahu apa yang menjadi jatidiri anaknya. Misalnya anaknya baik pada nilai seni dan muatan lokal. Orang tua mungkin akan memasukkan anaknya kursus seni, dan kuliah mengambil jurusan yang berkaitan dengan seni. Maka anak tersebut tidak bermasalah kalau nilai fisika dan biologinya nol.

Selama ini dunia pendidikan kita hanya memperhatikan nilai-nilai di atas kertas. Mereka menambah nilai-nilai siswa agar mencapai yang ditargetkan sekolah atau pemerintah. Menyenangkan orang tua dan mengelabui dunia pendidikan. Bukan hanya pemberian nilai tidak murni. Secara diam-diam sekolah membayar tim akreditasi untuk meningkat akreditasi sekolah mereka. Lalu dengan bangga mereka berkata sekolah kami akreditasi A. Pemerintah pusat juga menargetkan nilai dengan rata-rata tertentu untuk lulus.

Target nilai dari pemerintah sangat menyulitkan tenaga pendidik. Mereka yang berhadapan dengan anak-anak didik atau mahasiswa yang malas. Saat diajarkan batas pemikiran mereka tidak dapat mencapai mata pelajaran karena rendahnya tingkat kecerdasan siswa dan mahasiswa. Dengan demi kian, mau tidak mau para pendidik harus membantu nilai mereka agar lulus serta memenuhi nilai target pemerintah. Kalau tidak nilai anak didik mereka menjadi jebol, mereka akan dianggap tidak mampu mendidik.

Nilai murni yang dimaksud adalah nilai yang di dapat oleh pelajar dan mahasiswa secara mandiri dan hasilnya sendiri tanpa di bantu oleh tenaga pengajar saat mengisi rapor atau ijazah. Nilai diberikan sesuai kemampuan siswa atau mahasiswa. Mereka mendapatkan nilai nol tulis nol, berapa hari tidak masuk tulis berapa hari, bagaimana perilaku mereka tulis sebagai keterangan. Sehingga rekam jejak pendidikan mereka akan terlihat murni.

Nilai murni tersebut akan memberi tahu orang tua mereka bagaimana kemampuan dan kelakuan anak mereka. Kemudian rapot dan ijazah akan digunakan untuk masuk sekolah lanjutan dan pihak sekolah mengetahui kemampuan anak tersebut. Saat bekerja riwayat rapot dan ijazah juga berguna memberikan rekam jejak hasil pembelajaran mereka. Bagi yang ingin nilai baik hendaklah dia berusaha dengan belajar sungguh-sungguh. Keadaan juga akan adil, dimana hasil belajar yang sungguh-sungguh dan yang tidak akan tampak. Orang tua mereka akan memberikan dukungan untuk memperbaiki anak mereka. Sehingga pendidikan tidak hanya dibebankan pada tenaga pengajar saja.

Seharusnya, jangan pihak sekolah atau pemerintah yang menentukan minimum angka kelulusan. Tapi pihak penerima kerjalah seharusnya memberikan target nilai agar dapat diterimah di tempat bekerja mereka. Dukung dengan hukum dan gabungkan nilai dengan ijazah sehingga pihak penerima tenaga kerja tahu seperti apa kwalitas anak tersebut atau seperti apa kwalitas mahasiswa tersebut. Naikkan dan luluskan disetiap tahun walau nilai mereka nol semuanya.

Oleh. Joni Apero
Editor. Tim Apero Fublic.
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 17 April 2022.

Sy. Apero Fublic

0 comments:

Posting Komentar