Rabu, 27 Juli 2022

Pendidikan Berbudaya Pada Masyarakat

BULETIN APERO FUBLIC.- Masyarakat kita telah kehilangan pegangan sosial dan berada dalam disrupsi kebudayaan sendiri. Nilai-nilai tata susilah semakin kendur dan masyarakat menjadi liar atau tidak terarah. Masyarakat mencari sendiri bagaimana berkreasi dan bersikap. Hal demikian disebabkan karena banyaknya pengaruh dari luar yang datang melalui teknologi informasi dan komunikasi. Masyarakat cenderung meniru dan mengikuti apa yang mereka jumpai dan dilihat. Berjumpa dengan yang baik dia akan menjadi baik, dan berjumpa dengan buruk mereka menjadi buruk. Celakanya, mereka tidak lagi mengkritisi hal tersebut tetapi langsung mengikuti.

Pemerintah dan masyarakat akan sangat rugi apabila timbul kerusakan budaya asli. Dimana nilai-nilai kehidupan sosial sangat diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Kita salah kalau menilai kesejahteraan itu dari materi. Betapa banyak orang yang berlimpah materi namun justru kehidupannya rusak dan tidak beretika.

Gambaran kesejahteraan dimana masyarakat dapat hidup harmonis, saling menghormati dan menghargai, memiliki filosofi kehidupan yang baik. Kalau kita melihat kehidupan petani yang sederhana namun sejahtera. Hal demikian disebabkan jalan pikiran dan lingkungannya yang baik. Kalau lingkungan sosial dirusak oleh pengaruh-pengaruh buruk, maka kesejahteraan akan hilang.

 

Dalam Seni

Pendidikan dalam seni sangat diperlukan pada masyarakat kita. Mengingat derasnya arus pengaruh budaya-budaya yang tidak sesuai budaya Indonesia. Dimana norma-norma susilah yang telah diabaikan. Misalnya seorang biduan yang berbusana mini, lalu bergoyang di hadapan orang-orang tua, dihadapan anak-anak secara langsung tanpa rasa malu. Pada masyarakat kita berpendapat kalau seorang biduan memang harus demikian. Harus fullgar, agresif, agar dianggap lincah sekaligus mendapat predikat pengakuan sebagai, biduan.

Seharusnya masyarakat menyadari kalau kita orang Timur. Dimana budaya Timur selalu berlandaskan etika kesopanan dan wanita yang terhormat. Misalnya seni-musik kita yang selalu berlandaskan moral-moral kesopanan. Sebagaimana kesastraan lama kita yang selalu berfungsi sebagai nasihat, hiburan dan pendidikan. Begitu juga hendaknya hal-hal yang kita lakukan sekarang, saat berkreatifitas dalam bidang seni dan budaya. Haruslah memiliki fungsi-fungsi pendidikan. Bukan hanya berfungsi sebagai hiburan saja.

Nah, ketika seorang wanita yang ingin berprofesi sebagai biduan atau pelaku seni bidang tarik suara lainnya. Tidak perlu berpakaian norak dan mini. Karena dalan dunia seni tarik suara yang menjadi aset adalah suara (Vokal). Maka yang dipantaskan dan dilebihkan yaitu, suara. Hal demikian perlu kita berikan sebuah pendidikan pada masyarakat kita. Bukan hanya seni, tapi semua pada bidangnya.

 

Dalam Budaya

Dalam budaya kita sangat terpukul dengan keadaan masyarakat penerus kita. Dalam etika seorang anak terhadap orang-orang tua. Cara berbusana sampai tata cara berkreatifitas diri. Ada yang ke barat-baratan, ada yang ke korea-koreaan dan sebagainya.

Kemudian dalam hal berpakaian dimana anggapan masyarakat kalau pakaian tertutup dianggap pakaian orang lama, pakaian kuno, atau pakaian tradisonal. Timbulah paham kalau pakaian yang ketat dan terbuka adalah pakaian kekinian. Maka, pendidikan bidang budaya-busana merujuk pada nilai moral kita sebagai orang Melayu-Indonesia. Pakaian bukan hanya busana untuk dilihat, tapi sarana menutupi aurat. Melindungi tubuh dari kejahatan seks, kotoran, sinar matahari, dan mencegah pikiran buruk laki-laki.

Budaya kebersamaan juga perlu di tingkatkan. Dimana sekarang kita telah tumbuh menjadi masyarakat yang homogen. Banyak kelompok masyarakat terbentuk dan tersebar. Budaya musyawarah dan saling pengertian dikembangkan agar mengecilkan potensi konflik masyarakat. Hal demikian kita petik dari leluhur kita yang suka makan siri-pinang saat bermusyawara.

Dalam berbagai budaya dan sosial masyarakat perlu diadakan pendidikan. Pendidikan kebersihan, pendidikan hukum agar mereka tidak dibodohi tetantang hukum. Pendidikan berkendaraan, tentang pajak, dan penerimaan informasi. Apa pun jenisnya, masyarakat memerlukan pendidikan kebudayaan agar mereka dapat berjalan dengan baik. Pendidikan ibarat lampu dalam kegelapan.


Asimilasi dan Penyesuaian

Asimilasi dan Penyesuaian adalah bentuk usaha pendidikan kebudayaan dan pendidikan apapun, sehingga dapat mengarahkan masyarakat berseni dan berbudaya yang baik. Sebagai contoh misalnya musik rok yang dikenal dengan pakaian ekstrim, gaya rambut yang aneh, dan badan penuh tato, bertindik. Tentu saja dalam hal musik rok yang dikenal menurut budaya Barat. Tapi kita dapat memberikan penyesuaian dengan budaya kita. Musik dan lirik tetap sama, tapi berpenamfilan pantas bagi personilnya bukan kesalahan. Sedangkan lagunya juga lagu yang baik. Asimilasi dan penyesuaian inilah yang perlu di perkenalkan pada masyarakat. Jangan hanya meniru dan menerima mentah-mentah saja apa yang dilihat dan di dengar. Jangan beranggapan kalau tidak demikian, bukan musik rok.

Selain itu, penggalian nilai-nilai budaya masyarakat perlu dilakukan. Lalu disesuaikan dengan zaman sekarang. Perlu kita memulai semua itu, sebelum kita kehilangan jati diri bangsa kita. Pendidikan tersebut bukan hanya dari pendidikan formal. Tapi dapat melalui kesastraan, seperti film, dongeng, teater, media sosial dan lainnya.

Oleh karena itu, perlu adanya wadah pelatihan seni-budaya, misalnya sanggar seni masyarakat, dan penyebaran ilmu-ilmu budaya secara luas. Informasi-informasi seni-budaya asli, cara-cara berbudaya yang baik, dan ilmu seni-budaya. Tentu juga hal-hal demikian perlu didukung dengan publikasi, penelitian, pelatihan dalam seni budaya. Yang perlu diwaspadai seni-budaya yang memberikan dampak buruk pada kehidupan sosial-masyarakat kita dalam jangka panjang.

Opini ini sedikit gambaran bagaimana kita merumuskan penataan sosial bangsa kita. Tentu masih banyak kekurangan dalam penyempaian. Namun dalam intinya, pendidikan seni-budaya pada masyarakat itu diperlukan. Baik itu dari penggalian budaya asli, penerimaan budaya asing. Sebaiknya diolah dan sesuaikan dengan jiwa bangsa kita.

Disusun: Tim Apero Fublic
Palembang, 10 Juli 2022.
Editor. Arip Muhtiar, S.Hum
Tatafoto. Dadang Saputra

Sy. Apero Fublic

0 comments:

Posting Komentar