Masuk
kerja di suatu instansi pemerintah atau perusahaan swasta kita akan melewati
serangkaian tes. Untuk menjadi PNS, juga akan melewati serangkaian tes. Untuk
lolos dalam pendidikan akhir kita juga melewati serangkaian tes.
Demikianlah,
cerita kehidupan kita ditentukan oleh rangkaian tes dan tes. Banyak juga yang
menyebut ujian atau pengukuran kemampuan seseorang. Sehingga dia dapat
diterima, ditolak atau memenuhi standar dalam kerja dan dunia pendidikan.
Karena memang ada hal-hal yang memerlukan kemampuan, yang cukup pada bidangnya.
Namun
percaya atau tidak Tes yang diselenggarakan adalah cara formal untuk
menyingkirkan. Pada takaran tertentu tes memang pantas dilakukan. Namun ada
titik tes juga dimanfaat oleh oknum dalam mencari keuntungan dan penyingkiran.
Misalnya,
sebuah perusahaan membuka usaha di sebuah daerah. Untuk membatasi penerimaan
warga setempat dapat disingkirkan dengan Tes. Begitu juga dalam pengurangan dan
pencekalan dapat menggunakan Tes. Di sisi lain, penyalagunaan Tes juga tidak
menutup kemungkinan, serta adanya permainan.
Kita
akan memberikan perumpamaan dalam pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) juga
dilakukan rangkaian Tes. Tentu dalam rangkaian tes pembuatan akan banyak
menemui kendalah sebab hampir masyarakat tidak menguasai materi tes. Misalnya
ada tes jalan seperti jalan sirkuit, timbul pertanyaan kita apakah jalan raya
kita sama berlikunya dengan sirkuit balapan motor. Maka disanalah akan menemui
kesulitan dan jalan buntu.
Apabilah
kita renungkan tes memang diperlukan, misalnya untuk Perguruan Tinggi Negeri
dalam membatasi kuota dan meningkatkan mutu belajar. Begitu juga saat
penerimaan PNS juga memerlukan kemampuan yang cukup. Dalam kemampuan tingkatan
tertentu dalam dunia pendidikan dan penerimaan abdi negara berarti memerlukan
standar Tes. Kelompok ini kita masukkan golongan A.
Tapi
tes tidak diperlukan bagi Perguruan Tinggi yang kekurangan mahasiswa. Walau
kadang dilakukan juga untuk formalitas saja. Begitu juga untuk security sebuah
perusahaan. Asal memenuhi syarat dapat diterima. Kelompok ini kita masukkan
golongan B.
Kita
masuk ke contoh kedua dalam bidang sosial kemasyarakatan dalam menggunakan
kendaraan. Misalnya pembalap Formula E, Moto GP, Pilot pesawat, kapten kapal
laut, masinis kereta api mereka adalah kelompok pengendara yang sudah melalui
pendidikan. Maka mereka tidak memerlukan lagi pendidikan dalam mengendarai.
Golongan ini kita masukkan pengendara golongan A. Mereka memerlukan tes untuk kelulusan
sebab untuk mengukur keberhasilan pendidikan mereka.
Bagaimana
dengan masyarakat umum yang belum mendapatkan pendidikan dalam mengendarai.
Maka mereka akan buta dengan pengetahuan dalam mengendarai. Golongan ini kita
masukkan kedalam golongan B. Oleh karena itu, mereka membutuhkan pendidikan
tentang mengendarai. Tidak sesuai kalau mereka disuguhkan tes saat membuat SIM.
Pendidikan singkat yang dibutuhkan mereka. Seperti pendidikan bagaimana
rambu-rambu lalulintas, keterangan surat-surat, dan tentang pajak.
Kesimpulannya,
Tes itu diperlukan bagi yang memiliki kompetisi dan memerlukan kecakapan cukup
(Golongan A). Untuk yang tidak memerlukan kompetisi dan kecakapan khusus
(golongan B), Tes tidak diperlukan maka lakukan pendidikan.
Begitulah keadaan kita dalam menjalani kehidupan ini. Tidak dapat lepas dari dominasi Tes. Contoh-contoh yang dieksperimenkan tidak dimaksudkan untuk mengkritik atau mendiskreditkan pihak tertentu. Tapi hanya sebatas gambaran atau objek penjelas artikel, tentang Tes.
Disusun: Tim Apero Fublic
Editor.
Joni Apero
Palembang,
14 Juni 2022.
Sy. Apero Fublic
0 comments:
Posting Komentar